My Blog List

Friday, December 16, 2011

Silver Phoenix (Kingdom of Xia, #1)Silver Phoenix by Cindy Pon

My rating: 3 of 5 stars


Awalnya saya tidak berniat membaca novel ini karena saat novel ini ada dalam genggaman saya, saya sedang dalam masa UAS. Namun kemudian teman saya menanyakan pendapat saya tentang novel tersebut, maka saya coba untuk melihat sekilas saja prolognya. Tadinya ingin membaca satu atau dua paragraf, namun ternyata saya tidak bisa berhenti membacanya. Buku ini seperti menjerat saya dengan kata-katanya yang sangat mengalir sekalipun hanya novel terjemahan. (kadang bahasa terjemahan tidak seindah bahasa aslinya)



Akhirnya saya memutuskan untuk membaca novel ini saat sedang dalam perjalanan di dalam bis untuk sekadar mengisi waktu kosong daripada saya pakai untuk tidur.



Saya begitu takjub dengan kekuatan narasinya yang sangat lekat untuk mata, ini salah satu novel yang membuat saya merasa bosan ingin menutup bukunya, tapi tidak bisa karena terjerat kekuatan narasinya. Dan ini menjadi novel tercepat yang pernah saya baca. Hanya butuh waktu satu minggu untuk melahap seluruh ceritanya yang menawan dan membuat penasaran sekalipun ada beberapa hal yang menurut saya terlalu dipaksakan.



Dan saya suka cara dia mengakhiri reign Dark Lord itu. Kiss of Death.





Silver Phoenix mengisahkan tentang cerita masa lalu Silver Phoenix dengan Zhong Ye, rahasia latar belakang Chen Yong, tentang Ai Ling yang berjuang menyelamatkan ayahnya. Namun yang saya sayangkan adalah hingga akhir, masih belum jelas siapa itu Silver Phoenix dan bagaimana kehidupnnya. Barangkali sempat diceritakan di pertengahan cerita (saat berada di Dunia Atas) namun mungkin saat itu saya sedang "hajar blas" sehingga tidak mencerna isi ceritanya dengan baik.



Bagian termenakjubkan kedua setelah kekuatan narasinya adalah deksripsi makhluk-makhluk setan dan mistik nya yang begitu jelas dan kreatif. Sekalipun tertulis di bagian akhir buku bahwa monster-monster itu terilhami (atau mungkin diambil) dari hewan-hewan mitologi China. Mungkin ini pertama kalinya saya membaca genre Dark-Fantasy dalam bentuk novel. Sekalipun tidak terlalu mampu memberikan kesar horor atau teror, namun saya merasa cukup pantas untuk di sebut Dark-Fantasy. Satu hal yang saya sayangkan lagi adalah kematian Permaisuri. Saya mengharapkan sebuah kematian indah dan juga kematian Selir (Ibu Chen Yong) yang juga saya harapkan dibunuh dengan "sedap" tapi ternyata hanya seperti itu.



Bagian ketiga yang membuat saya menyukai cerita ini adalah kebudayaan China yang diangkat terasa cukup kental. Saya banyak mengetahui hal baru tentang kebudayaan China terutama dari sudut pandang kaum hawa berkat buku ini. Tetap ada "tapi" nya, saya sangat menyayangkan percakapan antar karakternya (terutama Li Rong) yang menurut saya adalah dialog-yang-sangat-Amerika. Percakapan-percakapan yang sangat Amerika ini seringkali mementalkan saya dari dunia Xia yang kaya akan makhluk mistik menjadi ke dunia film-film amerika terutama film remaja yang kehidupannya berkisar tentang sekolah dan jokes-jokes para siswanya yang khas seperti itu.



Battle scene ... kurang begitu istimewa. Banyak informasi dalam battle scene yang harus saya baca ulang karena membuat saya "Zone out" saat membacanya. Tapi cara monster-monster itu bertindak sangat keren dan tidak monoton.



"Marry Sue" ... ada, sedikit, sempat bingung juga bahwa gadis yang tidak laku-laku ini ternyata begitu keluar dari rumah jadi incaran beberapa orang di sekitarnya dan beberapa kali disebut-sebut "cantik".



Karakteristik ... entahlah, saya tidak menemukan ada sifat yang menonjol selain Li Rong dan mungkin sifat khas Chen Yong yang suka membaca buku.



Secara keseluruhan cerita ini layak dibaca, tapi saya tidak tahu apakah berniat untuk membacanya sekali lagi atau tidak.



Oh ya, ini 17+



View all my reviews

Monday, October 24, 2011

Salah Satu Proses Belajar Penulis Fantasi

Sejak memutuskan untuk serius menulis novel dan menetapkan bahwa saya harus berhasil di bidang ini, saya mulai menulis sebuah naskah dan menunjukkannya kepada sekelompok orang untuk mengira-ngira, seperti apa kira-kira tanggapan mereka terhadap karya saya. Ternyata tidak ada satupun orang yang menyebutnya bagus, menyanjungnya, terkesan dengan karakternya, atau menghargai ceritanya. Paling hanya beberapa orang baik yang rela membaca ceritanya hingga selesai dan memberikan feedback seikhlasnya.

Awalnya saya tidak mengerti, saya yakin sekali bahwa cerita buatan saya layak terbit dan tidak jelek. Tapi kenapa tidak ada apresiasi seperti yang saya harapkan? Bahkan beberapa proof-reader harus kabur dari saya karena mungkin takut ditagih sementara mereka belum selesai baca. Kemudian saya mulai melakukan pendekatan-pendekatan dengan tujuan untuk mengetahui sebenarnya karya seperti apa sih yang diterima?

Setelah mengalami beberapa proses pengenalan dan penyelidikan, akhirnya saya menemukan kenapa karya saya itu tidak terlalu diminati.

1. tulisan saya kurang "nyastra"

2. karakter-karakternya amburadul

3. banyak plothole fatal

Dan semua itu terjadi karena memang saya masih benar-benar newbie. Newbie yang sangat ambisius dan tidak sabaran. Saya tidak sadar bahwa untuk bisa menulis dengan baik, kita harus menulis seperti novelis, harus memahami psikologi dan harus tahu bagaimana cara berfilsafat.

Suatu hari ayah saya datang dan berbicara pada saya, ia ingin saya kuliah lagi untuk memperoleh gelar, ia rela keluar uang agar saya bisa terjamin masa depannya. Mengingat di Indonesia, orang yang bergelar pun sulit mendapat pekerjaan, maka saya mau tidak mau harus mengikuti arus.

Saya tetap pada keputusan saya untuk menjadi seorang penulis fantasi. Karena sedari kecil hingga sekarang, yang saya lakukan tidak lain adalah berkhayal, bermain game, berpikir abstrak, bertindak abstrak ... bahkan keluarga saya pun bingung pada saya karenanya.

Setelah menganalisa dari karya-karya fantasi dunia yang sukses, termasuk diantaranya Arthurian Legend, Sam Kok, William Shakespeare, dll, saya mendapati bahwa ternyata kuliah yang paling tepat bagi penulis fantasi barangkali bukanlah jurusan sastra.

Dalam kisah Fantasi, kita dituntut untuk sedapat mungkin bisa menciptakan konsep sendiri. Antara lain :

1. konsep dunia

2. konsep metafisika

3. konsep penciptaan


dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai :

1. kepribadian manusia, apa yang akan dilakukan seseorang bila ...

2. dampak revolusi

3. kenapa bisa terjadi tirani dan pemberontakan?

4. logika

5. etimologi

Maka dari itu, menurut saya seorang penulis fantasi hendaknya mengetahui banyak soal Kosmologi, metafisika, mitologi, psikologi, sosiologi, logika dan mengolah analisa dari sebab akibat yang berhubungan dengan peristiwa nyata, yakni sejarah.

Semua ilmu yang dibutuhkan bagi seorang penulis fantasi, ada di dalam kuliah Filsafat.

Bila kau yang membaca notes ini, hendak serius ingin menjadi penulis fantasi, saranku, ambillah jurusan filsafat.

Barangkali JK. Rowling dan JRR Tolkien tidak mempelajari filsafat secara khusus. Dan beberapa orang mungkin berpendapat bahwa mengambil kuliah filsafat hanya untuk menulis itu sangat ribet dan berlebihan. Tapi saya sendiri sejak masuk kuliah, merasa malu pada karya-karya saya yang dahulu, menyadari bahwa ternyata secara ilmu kosmologi dan lain-lain, karya saya itu sangat ngawur! Jurusan filsafat bisa mengarahkan seorang calon penulis fantasi untuk mempelajari proses penciptaan yang umum digunakan penulis zaman purbakala dalam menciptakan mitos.

Lagipula hidup ini sebenarnya penuh dengan filosofi. Bahkan seorang tak berpendidikan hingga penjahat pun bisa berfilosofi. Maka dari itu, bila kau menciptakan sebuah karya tanpa filosofi yang kuat, karya itu sudah pasti tidak akan bertahan lama. Kalaupun bisa dikenang, barangkali dia hanya eksis sebagai karya pop, ringan, bahkan mungkin tak jarang orang menyebutnya "karya dangkal".

Sunday, October 23, 2011

New Project : Mythology of Adamos

Cerita baru yang tidak benar-benar baru, sebenarnya. Adamos adalah cara orang-orang Amoura menyebut "Gaia". Seperti yang saya konsepkan, "Bumi" dalam realm Kosmos ku ini tidak memiliki nama pasti. Pada lain daerah, lain pula namanya. Namun secara umum, mereka sepakat untuk menyebutnya "Adamos", yakni setelah tahun 1700 GD, dimana masyarakat telah membaur dengan dunia luas dan globalisasi, era pelayaran keliling dunia secara besar-besaran telah menciptakan balapan eksplorasi dunia secara tidak langsung. Era ini dipelopori oleh meninggalnya Zhuge "Jethro" Guthree (1486 - sekitar pertengahan abad 16 GD) setelah buku hariannya diterbitkan oleh putranya pada penghujung abad ke 17.

Setelah masa globalisasi dan eksplorasi melalui pelayaran, tak lama dari daerah Passifica, tren ini membuat penciptaan airfish kembali memarak setelah sebelumnya alat transportasi udara ini hanya menjadi barang mewah khusus kendaraan plesir para bangsawan saja, mengingat pembuatannya yang memerlukan biaya yang tidak sedikit dan filosofi manusia Passifica untuk menghormati langit sebagai wilayah kudus yang suci.

Saat manusia menemukan daerah baru, mulailah timbul penjajahan dan kolonialisme. Pencampuran budaya pun terjadi dimana-mana dan lambat laun, ketika memasuki tahun 2000, tersiar kabar bahwa para Animus mengunjungi pemimpin Passifica yang saat itu menjadi adi kuasa, membicarakan masalah kemanusiaan dan peperangan. Animus ingin dunia manusia yang terkendali dan damai, atau mereka terpaksa bekerja sama dengan para Ogre di Tartarus untuk membinasakan manusia seperti mereka membinasakan Era para Dragon ribuan tahun silam.

Manusia berhasil membuat kesepakatan dengan para Animus yang menghasilkan sebuah keputusan untuk mengadakan perdamaian secara menyeluruh. Kini dunia mengalami masa damai dan hidup harmonis. Pertukaran pelajar dan budaya menjadi tren baru dunia. Dari ribuan kebudayaan dan mitologi yang ada, rupanya mitologi bangsa Amoura lah yang dinilai paling rasional dan paling masuk akal. Mitologi ini menjadi populer dan akhirnya disepakatilah untuk menyebut planet ini dengan nama "Adamos", sebagaimana masyarakat Amoura menyebutnya.

Kisah-kisah dalam Mythology of Adamos berisi tentang mitologi Amoura yang sarat akan filosofi mereka tentang kosmologi. Masyarakat Amoura suka sekali dengan kosmologi dan merekalah yang membagi dunia ini berdasarkan beberapa klasifikasi.

Secara umum masyarakat di dunia membagi ras dalam 4 garis besar, Manusia, Animus, Ogre, dan Dragon. Namun masyarakat Amoura membagi dunia dalam 5 garis besar, Humanoid, Ogre, Dragon, Animalia dan Persona.

"Persona" dalam mitologi daerah lain tetap ada, namun mereka mengkelaskan Persona ke dalam klasifikasi spiritual, berbeda dengan dunia Kosmos, manusia, Animus, Ogre dan Dragon yang dikategorikan sebagai kelas material. Bagi daerah lain tersebut, kelas spiritual ini sejajar dengan Aether, Force-Aether, emosi, dunia Astral, dan arus jiwa-jiwa.

===========================

Mitologi Adamos berkisah tentang mitologi-mitologi menurut masyarakat Amoura. Saya baru sempat mengerjakan satu cerpen dari mitologi Adamos, yakni kisah tentang Sodia dan Oqeanos.

Saya sangat puas dengan kisah Sodia dan Oqeanos. Menurut pendapat saya pribadi, cerpen dengan words berjumlah tidak sampai 2500 kata ini memuat banyak hal dan filosofi, sehingga cerita ini terkesan singkat, namun juga padat akan pesan dan filosofi. Saya tidak sabar menanti para pembaca untuk memetik sendiri apa saja yang hendak saya sampaikan dalam kisah Sodia dan Oqeanos.

Rencananya, Mitologi Adamos ini akan saya seriusi dan paling tidak harus membicarakan bagaimana dunia tercipta menurut masyarakat Amoura, serta kemudian kisah tentang langit, bumi, laut, api, dan bagaimana manusia tercipta, menurut masyarakat Amoura.

========================
Amoura memegang peranan cukup penting dalam kisah Riwayat Forgo (Chronicles of Forgo, sekitar 300-600 GD). Dalam perjalanannya menemukan Haven, Forgo dan Galeno akan singgah di Amoura dan bertukar pikiran dengan masyarakat di sana yang cukup ribet dan suka berdebat kusir dan berfilosofi.

Friday, September 30, 2011

John Legend - Ordinary People

Girl, I'm in love with you
But this ain't the honeymoon
We've passed the infatuation phase
We're right in the thick of love
At times we get sick of love
It seems like we argue every day

I know I misbehaved
And you made your mistakes
And we've both still got room left to grow
And though love sometimes hurts
I still put you first
And we'll make this thing work
But I think we should take it slow

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow

Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow
Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow

This ain't a movie, no
No fairytale conclusion y'all
It gets more confusing every day
Sometimes it's Heaven sent
Then we head back to Hell again
We kiss, then we make up on the way

I hang up, you call
We rise and we fall
And we feel like just walking away
As our love advances
We take second chances
Though it's not a fantasy
I still want you to stay

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow

Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow
Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow
Take it slow

Maybe we'll live and learn
Maybe we'll crash and burn
Maybe you'll stay
Maybe you''ll leave
Maybe you'll return
Maybe another fight
Maybe we won't survive
Maybe we'll grow
We'll never know
Baby, you and I

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow, hey

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow

Monday, September 19, 2011

Folktale : The Story Behind The Writings (4)

Selain tema tentang balas dendam, satu hal yang semakin kentara dari kisah Folktale ini adalah : Romantisme.

Romantisme memang salah satu daya yang memikat saya untuk menulis cerita ini. Entah mengapa pasangan yang terjodohkan melalui intuisi semata ini membuat saya tersenyum dan tertawa sendiri saat mengetik kisah mereka dan membaca ulang beberapa kali. Tidak ada rasa aneh yang agak abnormal seperti ketika saya menuliskan pairing Zuko-Katara atau Zoro-Nami.

Pertama saat menuliskan masa kecil mereka, saya putuskan bahwa chapter awal ini kelak akan sering muncul di chapter-chapter belakang, terutama ketika Permaisuri Zhang dipisahkan dengan Guan Suo dan harus menggunakan topengnya dimana ia sebagai permaisuri yang sangat mencintai suaminya. Maka dari itu, kisah masa kecil ini harus tertulis sangat manis dan membuat tersenyum. Saya berusaha menuliskan kisah anak-anak dengan kenakalan dan ledekan-ledekan khas mereka. Tentang bagian dimana Guan Suo memamerkan gigi ompongnya itu, saya tidak tahu dapat dari mana, saya sendiri waktu kecil tidak suka memamerkan gigi ompong saya atau mengenal seorang pun yang seperti itu. Tapi saya tahu bila hal ini dituangkan, akan menjadi sangat menyebalkan sekaligus lucu.

Pada perkembangannya, mereka hidup terpisah, perasaan Guan Suo tetap sama. Ketika ia mendapatkan istri cantik yang didapat dengan menaikkan gengsinya pun, perasaan Guan Suo pada Xing Cai tidak berubah. Saya gambarkan sebaik yang saya bisa pada chapter 5 mengenai kegalauan hati Guan Suo yang tidak bisa lepas dari pesona Xing Cai yang menurutnya tidak lebih cantik daripada Bao Sanniang. Maka kesimpulannya rasa tertarik ini bukanlah berasal dari ketertarikan fisik. Pada usia yang sama, mengenai perubahan perasaan Xing Cai terhadap Guan Ping yang beralih ke Guan Suo akan dijelaskan pada chapter 10.

Pada dasarnya ini adalah sebuah kisah cinta tentang seorang lelaki yang hanya mencintai satu wanita saja seumur hidup, dan ternyata cintanya berhasil berbekas di hati wanita itu yang membalasnya. Seharusnya simpel dan sederhana, hingga hidup serba kekuranganpun terasa lebih bahagia daripada hidup bergelimang harta. Namun sayangnya percintaan mereka menjadi rumit ketika dicampur adukkan dengan takhayul dan politik. Mereka pun bingung menentukan siapa yang mereka khianati, kekasih mereka atau pasangan mereka?

Hingga terakhir cerita, saya berikan sedikit hint bahwa cerita ini jelas akan berakhir tragis bagi kedua belah pihak, sama seperti sebagian besar cerita-cerita rakyat China yang berbasis cinta. Entah mengapa sepertinya orang pada zaman dahulu begitu suka dengan kisah cinta yang berakhir tragis atau kisah cinta "Star Crossed Lover" yang melawan takdir.

Dalam membangun kisah percintaan mereka berdua, saya sedikit banyak terinspirasi dari lagu-lagu barat dengan lirik romantis seperti misalnya :
  • Ewan McGregor ft Nichole Kidman - Come What May
  • Alicia Keys - If I ain't Got You
  • Bruno Mars - Talking to The Moon (Jason Chan cover)
  • Jim Brickman - My Valentine
Dan pada Chapter 22, saya begitu terinspirasi dari alunan musik dari lagu Bruno Mars ft Natasha Bedingfield - Again. Mengabaikan keseluruhan liriknya, ada beberapa bagian lirik yang terasa pas, dan terutama irama lagunya begitu pas dengan suasana pada chapter itu.

Kalau boleh jujur, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis sendiri ketika menulis adegan pada chapter 19 dan bagian awal chapter 21. Sekalipun ketika membaca ulang, emosi menulis itu sudah hilang. Tapi semoga bagian tersebut cukup menyentuh, karena di sanalah greget dari cerita ini.

to be continued ...

Folktale : The Story Behind The Writings (3)

Mari berbicara mengenai karakteristik tokoh-tokoh dalam cerita Folktale.

Xing Cai ini saya karang sebagai Phoenix Hitam yang mana menimbulkan kesialan bagi pemberi hidupnya (mengingat Phoenix biasanya dihubung-hubungkan dengan kehidupan). Untuk itu dalam character buildingnya, saya tetapkan bahwa gadis ini akan hidup ditakuti ibunya sendiri. Saya bayangkan pasti berat hidup seperti itu, maka masa kecil Xing Cai saya gambarkan sebagai gadis melankolis yang agak kikuk dan mudah dikerjai orang. Saya harap pada perkembangannya dimana ia berubah menjadi Permaisuri Zhang, tidak dinilai OOC. Pada dasarnya, ulat itu memang berubah menjadi kupu-kupu.

Sementara Liu Shan adalah si Naga Hitam yang menimbulkan kesialan bagi rumahnya. (mengingat naga adalah simbol kemakmuran). "Rumah" itu bisa menjadi beragam arti, dan rumah di sini berarti adalah negara. Pada cerpen Folktale : Emperor's Broken Heart, saya gambarkan Liu Shan tidak bodoh, hanya mengalami kelainan berpikir, terungkap dari ucapan Guan Suo ketika ditanyai pendapatnya mengenai strategi Liu Shan dalam mengalahkan Cao Cao; "Kaisar sangat cerdas, hamba yang bodoh ini sampai tidak mengerti kemana anda berpikir."
Liu Shan di sini kembali seperti based on DW7, dimana wajahnya tampak seperti Buddha tersenyum. Dari senyum itu saya putuskan bahwa Liu Shan adalah seorang lelaki dengan pikiran sederhana yang hanya ingin kehidupan sederhana, tidak peka terhadap circumstance (situasi) dan selalu berpositif thinking. Karena itu ia agak malas dan otaknya tidak kuat untuk mengurus kepentingan negara. Maka dari itu ia sangat mengandalkan Xing Cai dalam mengurus administrasi, masalah, perkembangan negara dan petisi-petisi rakyat yang pasti tidak sedikit jumlahnya.

Sedangkan Guan Suo, ... saya yakin deskripsi hidupnya sudah tergambar jelas di dalam cerita. Saya menggambarkan dia penuh dengan luka parut, akibat dari perang pertamanya yang dalam usia yang mana dianggap masih terlalu muda, 17 tahun, ia bertempur dalam pertempuran sulit dimana pasukan terdesak dan dikeroyok oleh 2 kekuatan besar, Wei dan Wu, dikhianati dan terjebak dalam kebingungan dan pertaruhan harga diri. Pastilah perang itu sangat berat bagi Guan Suo sehingga wajar bila memberikannya oleh-oleh beberapa luka parut di wajah. Rambutnya yang pendek saya dedikasikan untuk foto Guan Suo pada game ROTKX yang membuat saya tertarik dengan karisma aneh ini. Dan karena Guan Suo ini suka berjalan-jalan melalui desa-desa kecil dan terisolasi, maka saya bayangkan ia berpakaian seenaknya sehingga pada Chapter 10, Ma Dai mengiranya sebagai gembel yang mencurigakan dan menahannya, mempertemukannya dengan Zhuge Liang untuk pertama kalinya.

Guan Yu di sini saya gambarkan sebagai ayah yang tegas dan sangar tanpa selera humor. Ia berusaha sebaiknya menjadi ayah, tanpa sifat melankolis yang saya temui di film The Lost Bladesman, berusaha menyerap dan mengimplementasikan sebaik yang saya bisa dari yang saya serap mengenai kepribadiannya selama membaca novel Sam Kok. Guan Yu cukup senang dengan filosofi dan suka mengintimidasi orang-orang yang tidak disukainya atau diremehkannya. Walau begitu, ia paham betul apa itu kehormatan. Walau peristiwa akhir hidupnya membuat saya mulai merasa bahwa ia sedikit gegabah seperti yang dideskripsikan KOEI mengenai Guan Suo di ROTKXI.

Guan Ping di sini adalah semacam "guardian angel" bagi Guan Suo. Hal ini saya traits kan berdasarkan apa yang pernah saya baca mengenai relasi Guan Suo dengan Guan Ping yang cukup menakjubkan.
1. Guan Ping = Guan Suo itu sendiri. Ia diselamatkan dari perang akhir, Zhou Chang yang tewas bersama Guan Yu. Guan Suo adalah nama alias Guan Ping.
2. ada sebuah versi menyatakan bahwa ibu Guan Xing adalah wanita yang diberikan Liu Bei pada Guan Yu, namun ibu Guan Ping dan Guan Suo adalah sama; Hu Jinting.

Guan Xing. Versi novel dan sejarah yang saya baca begitu berbeda, dan saya berusaha untuk menggabungkan keduanya, dimana Guan Xing si anak periang yang serba bahagia semasa kecilnya, tidak ikut serta pada perang di Fancheng (hal ini juga sedikit banyak membuat saya sangsi bahwa Guan Xing lebih tua dari Guan Suo yang disebut2 ikut serta dalam pertempuran itu). Pewaris Blue Dragon setelah membunuh Pan Zhang, di sini saya gambarkan karena ia sakit-sakitan, Zhuge Liang enggan membawanya dalam pertempuran jarak jauh. Bila saya menjadi Guan Xing, sudah pasti saya akan merasa tersinggung. Maka dari itu saya gambarkan hubungan antara Guan Xing dan Guan Suo agak meretak pada bagian akhir cerita.

Pendeta Tao saya ciptakan sebagai sahabat Guan Suo. Aslinya karakter ini pun disebut-sebut dalam Legend of Hua Guan Suo. Hanya saja perannya di sana adalah sebagai guru Suo Tong yang kemudian memberitahukan padanya bahwa ia adalah anak jendral Guan Yu. Sejak itu Suo Tong mengganti namanya menjadi Guan Suo. Kalau tidak salah, aslinya Pendeta Tao ini berasal dari marga "Suo". Dan darisanalah Guan Suo mendapatkan nama "given" nya.

Ma Dai adalah salah satu tokoh yang membuat saya tertarik, sama seperti Guan Suo dan Xiahou Ba. Hanya mungkin karena kisahnya sudah jelas, jadi saya tidak memiliki hasrat menggebu untuk melacaknya segila Guan Suo. Ma Dai saya gambarkan sebagai Ma Chao kecil, dimana ia begitu berdedikasi dan anak buah kesayangan Zhuge Liang. Saya tambahkan Ma Dai memiliki insting yang sangat baik dalam bersosialisasi. Ia juga orang yang cukup tegas dan tidak ragu dalam membedakan tugas dan persahabatan.

Mengenai Zhuge Liang, sepertinya tidak terlalu banyak perubahan dari Zhuge Liang yang saya baca di novelnya. Atau setidaknya Zhuge Liang yang ada dalam benak saya. Sewaktu muda Zhuge Liang masih memiliki ketenangannya. Namun semenjak kematian Kaisar Liu Bei, ia mulai disibukkan dengan urusan negara. Dan saya sadari bahwa ia berkepribadian agak tertutup dan tidak mudah percaya pada oranglain, tidak terlalu pintar melihat orang berbakat. Zhuge Liang semakin emosional di ujung usianya.

Bao Shanniang saya gambarkan sebagai gadis emosional, pemarah, pencemburu dan cerewet. Ia juga pandai berkelahi, banyak ahli kungfu yang menantangnya namun tidak ada yang berhasil menakhlukkannya. Namun tentunya saya tidak akan lupa mengutip surat tantangan Guan Suo yang membuat Bao Shanniang tersinggung bukan main sehingga tanpa pikir panjang segera menyambar senjatanya dan kudanya untuk menyambut tantangan duel Guan Suo.

"Ever since our acestors spoke of Taihang,
I've never heard about Bao Sanniang."

Sebuah surat tantangan yang begitu pragmatik sekaligus tajam dan menyinggung. Membuat saya berpikir bahwa Guan Suo pastilah memiliki selera humor getir dan tahu betul bagaimana cara meledek seseorang.

Zhao Zilong hanya muncul sedikit dalam cerita ini, namun ia memiliki bagian yang sangat penting. Dan menurut saya bagian ini sebaiknya memang diisi oleh Zhao Zilong, bukannya Wei Yan atas beberapa pertimbangan. Sesuai dengan tanggapan saya mengenai beliau seperti yang tersirat di novelnya, Zhao Zilong saya gambarkan berdedikasi pada tugasnya, serius dan sangat memikirkan kehormatan tuannya, Liu Bei.

Hua Man adalah karakter minor yang muncul sebagai "gadis amazon". Tentunya agak ooc bila saya menyebutnya "Gadis Amazon", mengingat ini ada di China, bukan Amerika. Namun mengawinkan Meng Huo dan Zhu Rong dalam pikiran saya memang melahirkan anak perempuan yang kira-kira seperti itu. Ia memiliki kode etik seperti Xing Cai dalam pertempuran, namun memiliki emosi cenderung kalem yang kontras dengan Bao Sanniang. Ia lebih dewasa dibanding Xing Cai yang masih bisa membiarkan diri terhanyut dalam pergolakan emosinya.

Chen Shou, sangat misterius. Di masa damai, namanya tidak pernah terdengar sebagai seorang penting seperti Zhang Shao. Seakan ia muncul entah darimana yang kemudian diangkat oleh Sima Yan sebagai penulis catatan perang tiga negara. Beberapa ahli sejarah menyimpulkan secara deduksi bahwa Chen Shou adalah putera dari Chen Shi. Namun pernyataan ini juga tidak memiliki bukti yang mendukung atau bisa dipercaya.
Chen Shou adalah orang cerdas dan teliti, berhati-hati dalam menuliskan sejarah record of Three Kingdoms. Orang ini penuh pertimbangan sehingga tidak ada yang tahu kenapa ia memutuskan untuk tidak menyinggung beberapa nama, termasuk diantaranya Guan Suo yang bahkan membunuh beberapa orang penting dalam sejarah (di cerita ini). Tapi, kenapa ia memutuskan untuk menghilangkan tokoh Guan Suo dari sejarah dan tidak menyinggungnya sama sekali? Bisa dibilang tokoh inilah yang bertanggung jawab atas judul kisah ini.

to be continued...

Folktale : The Story Behind The Writings (2)

Seperti yang sudah saya sebutkan dalam perkenalan Folktale yang telah saya upload di Fanfiction.net (versi asli non sensor untuk adegan panas) dan wattpad.com (versi sensor), Folktale akhirnya saya publish sebagai bentuk tribute pada kisah Guan Suo yang selama ini selalu membuat saya penasaran sekaligus terinspirasi.

Cerita ini tidak bermaksud untuk saya jadikan cerita orisinal dan dikirim ke penerbit (modal nekat), namun saya tulis secara serius (dan saya benar-benar kewalahan menuliskan lokasi-lokasi yang bersangkutan, terutama tempat kelahiran Guan Suo). Sebelum saya menyelesaikan novel original saya, The Seer, yang sedikit banyak dasar inspirasinya juga berhubungan dengan riset ini.

Anggap saja cerita ini semacam tumpeng syukuran sebelum saya memulai langkah pertama saya untuk menjadi pencerita yang sesungguhnya (menerbitkan buku, ceritaku dibaca dan disukai, syukur2 ceritaku bisa menginspirasi dan menyentuh hati pembaca sehingga mereka pun terinspirasi).

Saya sangat menikmati menulis cerita Folktale, bisa dibilang cerita ini adalah pakem dari cikal bakal cerita-cerita yang kelak akan saya tulis dan publikasi.

Saya sempat kesulitan mencari tahu siapa saja yang bertanggung jawab atas kekalahan Guan Yu di Fancheng sehingga mengakibatkan kematiannya dengan putra angkatnya yang tragis sekaligus mengharukan.

Sempat salah orang antara Fu Shi Ren dengan Fa Zheng.
Sempat lupa dengan Mi Fang, Liu Feng dan Meng Da.
Bilapun saya tidak memainkan ROTKXI di PC, saya tidak akan ingat dengan Pan Zhang dan Ma Zhong. Maka saya putuskan untuk riset ulang dan mencatat siapa-siapa yang kiranya menjadi target bagi Guan Suo.
Adapun target aslinya adalah seputar Lu Xun, Xu Huang dan terutama Lu Meng.

Saya semakin girang ketika mengetahui bahwa menurut catatan aslinya, Lu Meng meninggal karena sakit misterius yang tidak bisa disembuhkan sekalipun Sun Quan telah menyebar sayembara. Dan saya mencium novel ini begitu membaca bahwa Lu Meng tewas karena arwah Guan Yu. Terpikir oleh saya untuk menggabungkan keduanya dan menghubungkannya dengan jalan hidup Guan Suo. Apalagi tampaknya plot ini sudah direstui di cerita Legend of Hua Guan Suo.

Tentang kematian Ma Zhong yang dikhianati oleh Mi Fang di novelnya, saya memiliki pendapat lain. Akan lebih terhormat bagi Ma Zhong bila ia juga tewas di medan perang, bukan? Kebetulan plot Yi Ling masih terlalu datar dengan hanya adegan Xing Cai membunuh Ding Feng.

Selanjutnya, saya ingat betul apa yang terjadi sewaktu Guan Xing mendapatkan kembali senjata ayahnya. Sementara bandingannya dengan sejarah aslinya, Guan Xing ini bukan panglima yang cukup penting tampaknya. Saya lihat jabatannya hanya semacam inspektur, tidak sehebat yang di novel. Barangkali Pan Zhang memang melihat arwah Guan Yu, barangkali yang ia lihat hanya halusinasi atas sesuatu hal?

Untuk bagian Mi Fang, saya sampai kelupaan pada orang ini. Akhirnya saya sempatkan diri untuk membandingkan kisah historisnya dengan kisah novelnya. Ternyata baik di novel maupun di catatan historisnya, sama-sama hidup menanggung malu. Di novel, Mi Fang kembali mengkhianati Sun Quan setelah mengkhianati Liu Bei, kemudian dipenggal Guan Xing. Sementara di sejarah aslinya, ia hidup disindiri oleh Yu Fan sebagai pecundang berhubungan dengan kematian Guan Yu. Dan setelah membantu He Qi menumpas pemberontakan di Qichun pada tahun sekitar 225-227, tertulis bahwa setelah peristiwa heroik itu, Mi Fang tidak terdengar lagi. Akal kreatif saya pun mulai bereaksi.

Terakhir bagian Lu Xun ... bagian ini adalah bagian favorit saya. Maka dari itu sekalipun saya adalah pecinta spoiler, saya tidak mau menspoilkan bagian ini. Yang pasti, adegan ini sudah berkali-kali pop-up dalam benak saya sejak saya menulis di chapter 10. Dan saya butuh bersemedi sampai beberapa hari lamanya hingga akhirnya membentuk writer's block cukup lama. Sebelum menemukan jalan keluar bagaimana cara menghubung-hubungkan plotnya yang saya rasa agak tricky dan berpotensi untuk berantakan bila tidak hati-hati atau terburu-buru menuliskannya, saya putuskan untuk mengikuti slogan A-Mild : "Just Go A-head". Voila! Jari saya mengetik seperti air terjun dan saya sangat puas dengan hasilnya, chapter 18 ini saya baca berulang kali dan tidak bosan-bosan juga.

Bagian target terakhir, saya rencanakan Xu Huang mati juga, tapi hingga sekarang belum saya tulis apapun mengenai ini di naskah asli, jadi belum berani menuliskan apapun di sini.

to be continued...

Folktale : The Story Behind The Writings (1)

Cukup sulit dan riskan menulis historical fiction, apalagi berdasarkan cerita populer, San Guo, alias Romance of The Three Kingdoms.

Sudah sejak saya mengenal Guan Suo dari game ROTKX, dan memperhatikan Xing Cai dari game DW5, saya sadari bahwa dua orang ini seharusnya bertemu dan setidaknya bersahabat.

Ya, saya dulu yakin bahwa Guan Suo benar-benar ada. Barangkali nama "Suo" sangat menarik perhatian saya, atau mungkin karena picture nya yang menampilkan pemuda gagah dengan rambut berantakan, figur warrior China yang unik diantara para warrior lain yang menggunakan ketopong atau kopiah. Dibandingkan dengan statusnya pun saya lebih suka menggunakan Guan Suo daripada Guan Xing. Guan Ping lumayan juga, tapi dia meninggal terlalu cepat. Dan entah kenapa rasanya tokoh ini --sama seperti Guan Yu-- sangat menarik secara mistik. Saya akui di serial San Guo ini, ada beberapa tokoh yang "berkarisma" dan Guan Suo adalah yang paling menarik.

Ternyata setelah saya selidiki, orang ini ternyata entah menjadi tema atau kisah yang cukup populer di Yunnan, tempat Zhuge Liang melaksanakan kampanye selatannya. Setiap awal tahun baru, diadakan opera Guan Suo. Saya yakin ini bukan nama tapi judul yang memiliki sejarah sendiri, saya ingin tahu darimana mereka menamai opera ini "Guan Suo".

Kemudian tentang Empress Zhang, saya cukup terpikat dengan "karisma" nya, barangkali karena dia satu-satunya karakter perempuan yang benar-benar pas banget di tempatkan di Dynasty Warriors (kalau seperti Diao Chan, Qiao sisters, Zhen Ji, itu kan maksa banget, mereka ga punya purpose untuk berantem gitu). And might be because she fights like a dude! Karakter ini dengan cepat menarik perhatian saya dan sama seperti Guan Suo, mendorong saya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai dia.

Setelah dicari-cari, saya baru menemukan kisah tentang dia pada ulasan minor sekali tentang Empress Zhang the first. Sumpah, andai di sana tidak tertulis bahwa arti nama jabatannya (Jing'ai) adalah "permaisuri terhormat dan disesalkan", kemudian fakta bahwa ia meninggal di usia 30 tahun pada tahun 237 tanpa melahirkan seorang anakpun bagi Liu Shan, imajinasi saya tidak akan meliar lantas menjodohkannya dengan Guan Suo secara intuitif.

Ya, pairing ini saya ciptakan berdasarkan intuisi.
Sama seperti saat saya mempairingkan Diao Chan dengan Guan Yu paska kematian Lu Bu yang belakangan ini saya ketahui bahwa ternyata versi Jepangnya pun seperti itu. (still, cmiiw)

Berbeda dengan saat saya membuat karakter berdasarkan pairing Zuko-Katara atau Zoro-Nami yang saya pairingkan berdasarkan sense dan perhitungan logis, pairing ini mendorong saya untuk selalu menciptakan kisah cinta "orang desa" (cinta sederhana yang harusnya tidak banyak drama) yang diperumit oleh orang-orang di sekitar mereka yang tidak menginginkan mereka bersama dikarenakan Liu Shan jatuh cinta pada Empress Zhang the first.

Terlebih saat saya mendapati bahwa Guan Suo dipertanyakan dalam segala aspek mulai dari eksistensi hingga gendernya sering di sangkut pautkan dengan (kemungkinan) saudara perempuannya, Guan Yinping. Saya sempat mentertawakan secara getir tentang nasib Guan Suo yang begitu apes ini, orang ini pasti sangat tidak dianggap pada zamannya, begitu pikir saya sebelum saya tahu bahwa "Guan Suo" ternyata juga sebuah nick name yang sempat populer pada zaman Dinasti Ming.

Bertentangan dengan keadaan Liu Shan yang serba dimanja. Dalam usia muda sudah menjadi kaisar, tidak perlu kerja berat, sudah ada Zhuge Liang yang mengurus segalanya, di akhir hidup, sementara anak buahnya satu persatu mati, Liu Shan cukup menyerah begitu saja, kemudan di bawa ke negara Jin untuk menjadi teman minum Sima Yan dan mengatakan bahwa ia lebih senang ada di Jin dan sama sekali tidak memikirkan Shu.

Sungguh menggelitik untuk saya bahwa seorang Permaisuri Zhang yang dihormati dan disesalkan ini berada di antara dua orang pria yang saling berlawanan takdir dan kehidupannya. Liu Shan seorang pemimpin yang simpel dan manja, Guan Suo seorang pengelana yang tak terkalahkan dalam duel dan dipuja banyak wanita.

Triangle-love relationship ini menurut saya begitu unik dan berpotensi menjadi sangat dramatis bila dikembangkan.

Namun karena fokus saya adalah untuk mengungkap rasa protes saya terhadap beberapa fans Three Kingdoms yang hanya mengetahui Sam Kok dari Dynasty Warriors saja, lantas seenak perut menunjuk ini seperti ini, itu seperti itu, orang ini asli, orang itu palsu, saya tergerak untuk menyampaikan sebuah kisah tentang seseorang yang (sangat saya yakini memang pernah hidup) ditolak sejarah, namun hidup di dalam cerita rakyat. Ditolak negara, namun dicintai rakyat. Sounds so Robin Hood.

Saya mulai menulis cerita ini sejak awal saya tertarik dengan Guan Suo, barangkali sejak saya SMA, dan itu berarti sekitar tahun 2003.

Awalnya cerita yang saya buat adalah cerita orisinal yang nama-nama dan dunianya saya fantasikan. Berkisah tentang seorang permaisuri yang memiliki affair dengan teman kecilnya yang berambut merah.

Kerajaan mereka akan diserang semua kerajaan di sekitarnya karena memiliki tanah paling subur. Kaisar yang bersangkutan memiliki 10 anak, namun tidak ada satupun putra yang lahir baginya. Maka ia berpuasa dan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon satu putera. Dewa mendengarkan doanya dan lahirlah baginya seorang putra yang mengalami cacat mental, down syndrome. Karena itulah sebelum meninggal, Kaisar bermimpi mendapat wangsit dari leluhurnya yang telah menentukan jodoh bagi puteranya. Gadis yang sangat berintegritas ini ada di sebuah desa terpencil dan dia adalah yang terpilih untuk menyelamatkan negara ini dari serbuan negara2 tetangganya.

Gadis ini di desa sudah memiliki tunangan sendiri, tunangannya dibunuh dan gadis ini diambil pemerintah untuk menikah dengan kaisar baru yang mengalami cacat mental. Rupanya si tunangan masih hidup dan menyusulnya untuk kawin lari. Namun gadis ini tidak mau karena ia sudah berjanji terhadap negara. Karena marah, tunangannya memperkosa dia dan lahirlah seorang putera yang dikira anak kaisar. Bayi ini yang akhirnya menjadi pemimpin untuk membawa negara memenangkan perang berkepanjangan.

Namun entah mengapa cerita itu menghilang dari Harddisk dan saya juga enggan memulai lagi.

Saya kemudian membuat cerita lain tentang beberapa orang pemuda bersaudara yatim piatu namun bersaudara sepupu. Mereka dibimbing oleh kakak tertua mereka yang saya lupa namanya (based on Guan Ping), dari pemuda yang hanya tau bersenang-senang, menjadi pahlawan negara.
Cerita ini lebih ringan dan ada unsur fun nya.
Tokoh utamanya adalah Soh (based on Guan Suo) yang hobi makan dan sedikit sial, ia sering bertengkar dengan Niwa (based on Xing Cai) yang serius, berdedikasi dan gemar menyindir Soh. Lalu ada Dica (based on Zhang Bao) yang over protektif terhadap adiknya, Niwa. Beberapa nama sudah saya lupakan, untung masih ada yang saya ingat, diantaranya Bari (based on Xiahou Ba) sebagai salah seorang sepupu Soh yang memiliki tenaga sangat kuat dan kemampuan silat yang sangat hebat, Letty (based on Ma Dai), Cain (based on Cao Zhang), Raduf (based on Guan Xing), sisanya benar-benar lupa.

Namun cerita ini tidak berkembang dan hanya menjadi latihan membentuk karakteristik karakter saja.

Pada perkembangannya cerita itu berkembang menjadi kisah yang sekarang saya beri judul Legend of Yu Guo. Beberapa nama masih bertahan, hanya saja "Soh" rupanya telah berubah menjadi "LanDo".

Selain itu, pada pencarian riset berikutnya telah membuat saya selalu memimpikan tentang seorang putri yang selalu memandang keluar jendela kamarnya, dengan hampa menanti kepulangan sang kekasih gelap yang sedang berperang di seberang jendelanya. Ketika mendengar sang kekasih sudah mati di sana dan tidak kembali dari medan perang, putri ini menitikkan air mata dan saat air mata itu jatuh ke lantai, seluruh kerajaan pun membeku dalam keabadian. 1000 tahun tenggelam di bawah tanah, kerajaan itu ditemukan seorang arkeolog yang sedang berkelana dengan seorang gadis. Rupanya mereka reinkarnasi dari putri dan pahlawan itu.

Riset ini pun membuat saya takjub dengan fenomena betapa mengagumkannya perkembangan cerita rakyat dari mulut ke mulut ini. Berubah-ubah, berkembang, menciptakan legenda nyaris berbau fantasi yang barangkali kisahnya sudah menjadi sangat berbeda dengan kisah aslinya.

Akhir kata untuk part 1 ini, saya hanya ingin berterima kasih banyak pada intuisi saya yang membimbing saya mencetuskan beragam ide dari kisah cinta segitiga Guan Suo-Empress Zhang-Liu Shan, dan dari kisah hidup Guan Suo yang masih ambigu hingga sekarang.

to be continued...

Friday, September 9, 2011

Review : Icylandar

The Elf's Kingdom (Icylandar, #1)The Elf's Kingdom by Dionvy

My rating: 2 of 5 stars


Awalnya saya terkesan dengan narasinya yang ringan, santai dan mengalir. Terutama bagian-bagian awal cerita dimana plot masih sekitar kehidupan sehari-hari dan belum masuk benar dalam plot utama. Membacanya seperti membaca Old Man and The Sea, tidak bisa berhenti bila tidak sadar berapa halaman sudah dibalikkan.



Namun semakin ke belakang saya merasa semakin kecewa karena beberapa hal. Sekalipun begitu, saya tidak akan menyampahkan karya ini, karena saya yakin setiap karya diciptakan dengan cinta oleh penciptanya, dan sudah selayaknya dihargai, seburuk apapun kesan yang didapat saat menikmati karya itu.



----------------------------

Harap diingat bahwa review ini adalah pandangan pribadi saya berdasarkan insting dan intuisi saya selama berusaha menghargai novel fantasi yang saya bilang cukup laris ini.

----------------------------



menurut hemat saya, alangkah baiknya si penulis menulis cerpen2 pendek yang sederhana berdasarkan kehidupan karakter2 Icylandar dalam bentuk dongeng anak2 sebelum tidur. Kalau penulis tidak mau, maka ia harus mulai memberanikan diri untuk memberikan nasib tragis yang sejati pada karakter2nya dan mengurangi judgement berupa simpati untuk menggantinya dengan judgement berupa ratio (beralasan).



Saya yakin kalau cerita ini dijadikan dongeng untuk anak2, maka 15 tahun kemudian, anak2 yang waktu kecil didongengi Icylandar bakal terkesan terus hingga dewasa dan cerita ini bisa menjadi cerita klasik Indonesia pada masanya.



Tapi bila penulis ingin menargetkan untuk pembaca yang lebih tua lagi, maka sekali lagi, ia harus bisa tega menulis plot "tega", belajar puisi (untuk membuat narasi yang lebih puitis dan indah), lebih banyak memahami ratio.



----------------------------

kelebihan cerita ini adalah :

1. narasi, andai Dionvy mau memperindah kalimat2nya, buku ini akan saya bintangi empat tanpa tawar lagi

2. mini game sederhana yang fun

3. kejadian2 sehari2 yang sederhana dan menyenangkan

4. konsep Jaroz



kekurangan cerita ini adalah :

1. Riset yang miskin

2. Irrasional; tokoh2nya selalu menggunakan insting, perasaan dan keyakinan dalam menilai orang lain. karakter2nya cenderung kritis, namun tidak ada yang saya lihat cukup rasional. (saya duga, karakter2 ini sengaja dibuat bertanya kritis untuk menampol pertanyaan2 para kritikus fantasi indo yang akan mempertanyakan hal2 ybs)

3. karakteristik yang monoton

4. penciptaan games2 yang butuh berpikir dan rumit

5. plot tragis

6. kedalaman background karakter

7. Romance Idealisme (Knight's Honor)

8. Lady Tatiana



yang tidak akan saya komentari atau permasalahkan adalah :

1. nama2 karakter dan kota

2. joici



yang membuat saya memberikan rating 2 adalah :

karena novel ini telah mengajarkan saya bagaimana cara menulis narasi yang mengalir. padahal sesungguhnya ingin saya beri nilai 1 karena sindrom "semua makhluk dalam cerita ini adalah wanita" semakin mendekati halaman akhir, semakin mengganggu saya, bahkan membuat saya menggeleng2kan kepala.



*review ini jujur dari saya, bila ada yang keberatan, feel free to protest. as they always said; ga ada review yang objektif, semua cenderung subjektif.

==================



sekian review saya, maaf bila ada kata2 yang terkesan sotoy, saya terima kalau dilempari tomat atau telur busuk, yang pasti saya tidak munafik dengan review ini.



View all my reviews

Sunday, August 28, 2011

Quest of Romance

Akhirnya saya memutuskan untuk membuat blog baru sebagai storage untuk melatih menulis cerita-cerita fantasi yang variatif.

Saya akan memanfaatkan blog itu untuk melatih
- Narative hook
- konsisten karakteristik
- variasi karakteristik
- biografi karakter
- menemukan apa itu romance

Karena saya sendiri bosan dengan tulisan-tulisan saya dan menginginkan hal baru. Barangkali bila saya terus menulis dan menulis, saya bisa menemukan hal baru.

Saya tidak menganjurkan untuk melihat, bahkan cerita-ceritanya pun tidak saya beri tag. Tapi bila ingin melihat dan memberikan instruksi atau membantu perkembangan kepenulisan saya, anda boleh mengunjungi blog saya, Quest of Romance

Friday, August 19, 2011

Term Change : Cosmos & Ashura

Setelah sekian lama menggunakan term "Ashura" untuk menyebut dunia nyata, saya akhirnya menggantinya dengan kata yang lebih tepat; "Cosmos".

Tentu saja pergantian nama ini telah mengalami berbagai riset pribadi dan mendengarkan background dari kata "Sophia" dan "Logos". Tadinya sempat akan mengganti "Ashura" dengan "Sophia" yang berarti "Hikmat", "Kebijaksanaan" yang lebih bersifat duniawi. Sementara pasangannya, "Astral" akan diganti menjadi "Logos" yang berarti selain "Ilmu" adalah juga "Firman" atau "Sabdha".

Tapi pertimbangan mengenai tetapnya penggunaan nama "Astral" adalah dikarenakan "Aether" yang sudah saya gunakan sebagai sumber energi dalam realm ini. Lantas apa hubungannya antara "Logos" dengan "Aether" ?

"Aether" dalam filsafat Hindu kuno berarti energi murni, yang juga adalah element ke lima yang disebut juga sebagai "Quintessence". Dalam filsafat Hindu kuno, "Aether" dikatakan memiliki wujud berupa "Sabdha" atau "Suara". Setelah saya pikir-pikir kembali, suara adalah gelombang yang terasa keberadaannya bila dapat merambat. Gelombang merambat melalui udara.

Barangkali ada yang pernah mendengar tentang "Brainwave" Technology?

Kurasa itulah wujud yang paling mendekati "Aether" di masa sekarang adalah dalam bentuk "Brainwave". "Brainwave" adalah sarana meditasi yang dapat me"reboot" alam bawah sadar manusia sehingga menjadi lebih baik (bila anda mendengarkan wave yang baik).

Anda tidak percaya? Sayangnya anda harus percaya bahwa gelombang ternyata adalah elemen terkuat di dunia ini.

Bukti? Barangkali suatu saat saya akan mencoba untuk mengangkat apa yang saya ketahui tentang musik bernama Karlmeyer, atau mungkin juga gelombang Brainwave berjudul God of Hades.

Kembali tentang hubungan "Aether" dan "Logos".
Setelah mengerti korelasi antara "Aether" dengan gelombang, dan gelombang dengan suara, lalu suara dengan "Sabdha", kemudian "Sabdha" dengan "Firman", maka secara logika deduksi, saya memberanikan diri menjadi bonek (bocah nekad) dengan mengatakan bahwa "Logos" adalah sarana Tuhan, atau mungkin bila anda tergila-gila dengan sains, "Logos" adalah Tuhan itu sendiri.

Maka dari itu, saya tetap memilih untuk menggunakan "Astral" yang lebih erat hubungannya dengan "Astrologi", sebuah ilmu pengetahuan yang katanya sebagai ilmu petunjuk. Dasar dari ilmu ramal meramal nasib. Beberapa cerita pada zaman China kuno menggunakan "Astrologi" sebagai alat terdekat dari para peramal atau orang tua sakti yang muncul misterius, bicara misterius dan menghilang misterius juga.

Pernah pula saya mendengar pepatah : "Is destiny written in stars?"

Yang bila diterjemahkan secara gaul dapat diartikan : "Apakah nasib manusia ditulis oleh bintang-bintang?"

"Cosmos" adalah ibarat dunia real, tempat manusia dilahirkan, hidup dan mati.
sedangkan "Astral" bukan berarti surga. Saya berjanji tidak akan memasukkan unsur religius tertentu di sini karena saya pengagum mitologi Hindu, Jesus lover, murid Confucius, pengamat Buddha dan menghormati agama Muslim. Dan juga karena kurangnya pengetahuan saya tentang religi juga.

"Astral" adalah dunia dimana semuanya ditulis dan dirancang untuk kemudian disajikan bagi para penghuni "Cosmos", mereka dipersilahkan untuk memilih jalan mana yang akan mereka pilih. "Astral" juga adalah tempat jiwa-jiwa mereka yang sudah mati untuk singgah dan kembali lagi atau tersesat di dalam Arus Jiwa.

Konon, Arus Jiwa ini bertabrakan dengan dunia Cosmos sehingga dunia itu terus berputar dan aktif.

Tentang Divine Dragon Cosmos

Bila "Cosmos" adalah kata yang dipilih untuk menggantikan "Ashura", lalu bagaimana dengan nasib Divine Dragon Cosmos yang sudah ada sejak tahun 2008?

Tentu saja dia harus mengalami pergantian nama. Nama untuknya haruslah nama yang terdengar sangat akrab dengan Bumi. Tadinya saya hendak menggunakan "Gaia" atau "Pangaea". Namun saya memutuskan untuk menggunakan kata "Terrata" dari kata "Terra".

Bagi para penggemar Fantasi, tentunya kata "Terra" sudah tidak asing lagi sehingga penjelasan mengenai apa itu "Terra" dirasa sudah tidak diperlukan lagi.

====================
dua hal telah terselesaikan, masih ada beberapa PR lagi yang harus saya tuntaskan sehingga saya bisa memulai lagi merevisi dan melanjutkan kisah Hikayat Forgo/Chronicles of Forgo.

Thursday, August 18, 2011

Vandaria Wars and Riwayat Cosmos

Kekhawatiran terhadap karya tulisku kembali menghantui saat aku membaca hikayat Vandaria yang ternyata mirip dengan hikayat duniaku.

dikatakan menurut Vandaria :

  • Era Tiga Negeri Awal
  • Era Kaum Naga
  • Era Negeri-Negeri Kuno Manusia
  • Era Kekuasaan Frameless
  • Era Persamaan Derajat Manusia-Frameless
  • Era Kekuasaan Manusia

sedangkan hikayat saya :

  • Era migrasi Animus-Ogre ke dunia Cosmos dari dunia Astrall
  • Era penghidupan Cosmos oleh God Dragon Terrata
  • Era Champion Dragon Jahan
  • Era Para Dragon
  • Abad kegelapan (runtuhnya Connisia)
  • Ragnarok
  • Medieval awal (Forgo, Galeno, berdirinya Egaza)
  • Abad pertempuran (perang saudara di Passifica, perang saudara di Padang Cassey)
  • Era Pengembara dan Perdamaian (Munculnya pewaris Spirit Sword, pengembaraan2 orang2 spesial yang mengakhiri perang2 berkepanjangan, musnahnya Yggdrassil)
  • ---kosong---
  • Abad modern: War of Asgares (ya, cerita ini saya buat sebelum tahun 2006 dan shock berat waktu ngeliat komik dengan judul sama)

I'll just create this note in case one day some sotoy ppl pointed their finger at me and accuse me for plagiating some fantasy novel or game.

Gw akui, gw memang terinspirasi dari beberapa game dan film. Tapi apapun yang gw liat, ga bakalan gw plagiat serendah itu. Semoga banyak orang yang akan paham bahwa inspirasi seringkali sama antar dua penulis yang tidak pernah bertemu sama sekali. Saya sendiri tidak pernah membaca atau mengikuti Vandaria Wars, saya cuma pernah baca satu bagian cerpennya dan membayangkan sedang main game Suikoden 2, setelah itu saya tidak mengikuti sama sekali.

Beberapa nama memang mirip dan sama, tapi saya bukan plagiat!!

**Woi! Terbit aja belum, udah mikir kejauhan

maka dari itu catatan ini dibuat hanya untuk berjaga2 bila dikemudian hari terjadi sesuatu yang saya khawatirkan ini.

Tuesday, August 2, 2011

Term Change : Force to Aether

Saya harus bersyukur karena semalam membaca2 tentang Sun Ce, merambat ke Zhuge Ke, berikutnya merambat kemana lagi entah apa yang saya cari hingga pada akhirnya saya sampai pada sebuah bahasan tentang "The Fifth Element", Aether.

Aether bukan hal asing lagi untuk saya, karena sempat memainkan Final Fantasy. Hanya saja di sana namanya Ether.

Sempat ragu dikatakan terlalu "star wars" sekalipun sama sekali ga pernah nonton Star Wars, akhirnya saya menemukan kata lain yang sama kerennya dengan "Force", Aether.

Setelah cukup bingung menimbang-nimbang, kira-kira lebih cocok untuk menggantikan "Astral", "Anima" atau "Force", saya menemukan artikel ini ...

===============================

Aether (also spelled ether) is a concept used in ancient and medieval science as a substance. The aether was believed to be the substance which filled the region of the universe above the terrestrial sphere. Aristotle included it as a fifth element distinct from the other four, Air, Earth, Fire, and Water. Aether was also called Quintessence (from quinta essentia, “fifth element”). Quintessence was also supposed to be a definition of pure energy. Its force is imagined to be like a lightning. This element also has the power of life. Its Platonic solid was the Dodecahedron.

Modern understanding of electromagnetism, including Einstein’s particle theory of light and various scientific experiments of general relativity, has removed the need for a substance like aether to fill the otherwise empty parts of the universe. Newton’s and Maxwell’s aether model (the latter being a “classic static aether”) were both developed from this classical element. However, the null result of the Michelson-Morley experiment led (from 1887 onwards) to the decline of an aether model’s wide acceptance. Albert Einstein, in an interpretation he offered for his theory of special relativity, dismissed it, as per Occam’s razor; and, though he later reinstated a logical need for an aether in a commentary on his theory of general relativity, modern astrophysical theories do not include this classical element. One might suppose ‘dark matter’ has supplanted “aether.”

Taken From Wikipedia

----------------------------------
Akasha
(or Akash, Aakaashá, Ākāśa, आकाश) is the Sanskrit word meaning "aether" in both its elemental and metaphysical senses.
========================
Ada website bagus yang membahas tentang Aether ... Klik disini.

Dan akhirnya setelah membaca-baca berbagai sumber, kuputuskan bahwa Aether atau Akasha adalah element ke lima yang mendasari empat element pokok seperti api, angin, air dan tanah. Definisi-definisi Aether cukup mirip dengan pengertianku tentang "force".

Maka dari itulah kuputuskan untuk mengganti "Force" dengan "Aether".

Sunday, July 31, 2011

Tips Impor : Self-Publishing

Sekedar share, saya kreditkan tulisan tips2 Let's make a book part 1-4 ini pada mbak Dionvy Icylandar, penulis novel fantasi dalam negeri : Icylandar.

Tulisan ini seperti apa yang di copy-paste dari notes facebook beliau dan sudah minta izin terlebih dahulu. Diperuntukan bagi siapapun yang punya naskah dan ingin melahirkan naskahnya ke dunia. Atau untuk orang2 yang ingin tahu perjuangan seorang penulis untuk menetaskan buah pikiran mereka sehingga barangkali bisa lebih menghargai sebuah buku.

===================================

Satu hal yg perlu ditanamkan begitu kalian mengambil langkah menerbitkan buku sendiri, maka kalian tidak lagi sekedar menjadi penulis, kalian harus siap juga berlatih menjadi seorang entrepreneur. Hidup kalian tidak hanya berkutat di antara baris-baris paragraf, tetapi harus mulai belajar perhitungan untung rugi serta mekanisme pembayaran pajak. Dan ternyata, belajar menjadi pengusaha itu cukup menyenangkan juga.

Langkah-langkah menerbitkan buku sendiri akan lebih rumit. Sehingga bagi yg memang berminat, perhatikan setiap detil yg kutulis baik-baik. Inti dari menerbitkan sendiri adalah melakukan seluruh tugas penerbitan yg biasanya dilakukan oleh puluhan orang. Namun kini, harus kalian kerjakan sendiri. Repot, ribet, menyebalkan, jelas iya. Tetapi setelah semuanya selesai, akan ada banyak hal yg bisa kalian banggakan.

1. Membuat Perusahaan Penerbitan

Sebuah buku yg ingin di publish tingkat nasional (maksudnya buku kita masuk ke dalam toko-toko buku seluruh Indonesia), maka buku itu sebaiknya berada di bawah naungan sebuah penerbit yg berbadan hukum. Badan hukum ini bisa berbentuk CV atau PT. Untuk awal sebaiknya kita membuat CV saja, nanti bila kita ingin memperbesar penerbitan kita, bolehlah kita ubah menjadi PT.

Untuk membuat CV penerbitan, ini sama caranya seperti membuat CV pada umumnya.

a. Pergilah ke notaris.

Ada banyak notaris di setiap kota. Katakan kita mau membuat CV untuk menerbitkan buku. Di Indonesia tidak ada izin usaha penerbitan buku. Karena itu CV kita nantinya akan didirikan dengan izin perdagangan. Supaya tidak repot, minta notaris kalian mengurus semuanya mulai dari izin ke dinas perijinan sampai ke pengadilan. Pokoknya kita terima beres dengan membayar sejumlah uang. Biaya pembuatan CV di setiap daerah berbeda-beda. Untuk di Surabaya sekitar 2 juta. Di Jakarta, bisa sampai 15 juta. Alamat CV kalau non-Jakarta bisa kita pakai rumah kita sendiri. Sedangkan kalau di Jakarta tidak boleh di rumah, jadi kita harus menyewa tempat di daerah bisnis. Untuk pastinya silahkan hubungi notaris.

b. Siapkan nama dan logo CV

Pilih nama yg bagus untuk penerbitanmu. Jangan nama yg aneh-aneh misalnya CV Maju Mundur atau CV Wong Ndeso. Ingat, nama CV mu akan dicetak di sampul bukumu dan akan turut serta membentuk image pembaca tentang bukumu. Nama CV yg kampungan terkadang bisa menjatuhkan nilai jual.

Lalu siapkan juga logo penerbitan. Logo itu seperti yg kalau milik Pustaka Redemptor yg huruf R berwarna merah kuning hijau, Gramedia yg bentuknya plungker-plungker merah. Kalau kompas yg gambar anak duduk di atas kebo. Mizan yg gambar huruf M.

c. Siapkan kop surat dan stempel

Untuk mendaftarkan CV mu di pengadilan, maka notarismu akan minta kalian menyiapkan kop surat dan stempel CV. Kop surat bisa dibuat pakai MS Word biasa lalu di print di kertas A4. Kop surat ini harus mencantumkan logo, nama CV, alamat CV, no.telp CV. Dan kop surat harus berwarna. Maksudnya minimal yg berwarna logonya, ini untuk membuktikan kop suratmu asli dan bukan fotokopian.

Lalu buat juga stempel CV. Stempel bisa dibuat di tukang bikin stempel di jalan-jalan. Stempel tidak boleh hitam putih.

Waktu yg diperlukan untuk mendirikan CV kira-kira 1 bulan. Andai ada di antara kalian yg orang tuanya mungkin sudah punya CV, kalian bisa pinjam CV itu untuk menerbitkan buku kalian.

2. Laporan Pajak

Jika kalian memiliki CV, berarti kalian harus membuat laporan pajak setiap bulan, bukan hanya setahun sekali. Ini yg cukup berat karena kalian harus rajin membuat laporan pajak dan mengirimkannya ke kantor pajak setiap bulan. Namun sebenarnya, membuat laporan pajak itu mudah saja, yg penting tahu teknisnya.

3. Mengedit Naskah

Urusan mengedit naskah tidak lagi sesimpel di dalam part 2. Karena kali ini kalian harus mengedit naskah hingga siap untuk dipasarkan. Sekarang kalian bisa mulai meminta jasa editor profesional. Tetapi jika tidak bisa menyewa editor profesional, bisa juga tetap menggunakan teman-teman kalian dan terutama kalian sendirilah yg harus berjuang untuk mengedit naskah kalian hingga benar-benar sempurna.

Beberapa panduan dalam mengedit naskah hingga sempurna:

- Baca ulang kembali naskahmu. Di sini kalian bukan hanya mengedit isi cerita, tetapi juga sudah ke arah susunan kalimat. Jangan menggunakan kata yg sama terlalu sering, perhatikan tanda baca, jangan sampai ada kata-kata yg salah ketik. Baca terus berulang kali hingga rasanya mungkin kalian mau muntah.

- Coba perhatikan tanda petik pembuka percakapan. Seringnya tanda petik buka itu seperti tanda petik tutup. (“) ini tanda petik buka yg benar. Namun yg sering terjadi tanda petik bukanya seperti ini (”). Kalau kalian ingin naskah kalian rapi, ganti satu demi satu tanda petik buka yg salah. Beberapa buku yg sudah terbit pun kadang tanda petik bukanya masih salah. Ini sebenarnya tidak terlalu mengganggu, tetapi jika kalian ingin kesempurnaan, jangan biarkan hal kecil semacam ini terlewat oleh kalian.

- Naskah kalian sebaiknya jangan lebih dari 700 halaman (dengan aturan MS Word, ukuran A4, font 12, spasi 1,5). Ini untuk masalah percetakan. Jika kalian menggunakan font dan spasi seperti yg ada di Icylandar, maka 700 halaman akan menjadi sekitar 800 halaman. Dan 800 halaman bisa dibilang merupakan batas maksimal tebal buku yg bisa dijilid bila buku kalian menggunakan soft-cover. Kalau memakai hard-cover, kalian bisa membuat buku lebih tebal lagi, tetapi tentu saja ongkos cetaknya akan membengkak.

4. Melayout Buku

Begitu kalian menganggap naskah kalian sudah benar-benar matang, sekarang saatnya melayout. Apa itu layout? Layout adalah mengubah ketikan kalian yg awalnya di MS Word, menjadi bentuk seperti tatanan buku, tetapi tetap masih dalam bentuk file. Jadi sebelum dibawa ke percetakan, file naskah kalian harus sudah model buku. Ada nomer halaman, ada tulisan bab-bab, dll. Intinya, layout buku itulah file yg akan dicetak.

Sebaiknya kali ini kalian menggunakan jasa layouter profesional. Kecuali kalian memang ahli dalam bidang ini. Melayout buku itu tidak sederhana. Layouter harus tahu yg namanya bleed (percetakan pasti meminta bleed selebar 0,3-0,5 cm). Lalu layouter harus memperkirakan bagian halaman yg akan kena jilidan, sehingga dia harus mengatur batas kanan kirinya dgn baik.

Sebaiknya sebelum naskah kalian mulai di layout, kalian beritahu layouter kalian kira-kira font seperti apa yg kalian inginkan. Misal di Icylandar hal 118, aku meminta font khusus untuk semua tulisan yg dimuat oleh Perkamen Berita. Lalu kusebutkan halaman mana saja yg ada tulisan untuk Perkamen Berita (hal 258, 260, 303 dll). Lalu surat untuk Reiden hal 329 aku minta tulisan yg berantakan seperti cakar ayam. Melayout Icylandar itu tidak mudah karena ada belasan font berbeda di dalam satu novel itu saja. Untung layouterku (Cahyono Dwiastoro) adalah layouter yg profesional dan sangat sabar. Dia yg justru ngajarin aku tentang bleed, memberi masukan font apa yg bagus, berapa spasi tiap baris, agar nantinya buku itu nyaman dibaca tetapi tetap tidak terlalu tebal.

Setelah naskah selesai di layout, kalian harus membaca ulang baris demi baris. Pertama untuk memastikan tidak ada lagi salah ketik, untuk memperbaiki isi jika masih ada yg ingin diperbaiki, dan juga memperbaiki layout itu sendiri. Kadang kala ada paragraf yg tiba-tiba terlalu masuk, atau ada baris yg terlalu rapat/terlalu renggang tulisannya, dll. Jika kalian kebetulan membaca sebuah novel dan ada hal-hal macam itu, mungkin itu disebabkan setelah naskah di layout, tidak diperiksa ulang lagi.

5. Cover dan Ilustrasi

Salah satu unsur penting sebuah buku adalah cover yg indah. Cover mempunyai kekuatan untuk menarik pembeli. Karena itu para penerbit seperti berlomba-lomba membungkus buku mereka dengan cover yg luar biasa.

Membuat cover itu gampang-gampang susah. Yg jelas sebaiknya cover disesuaikan dengan jenis novel. Misal untuk buku anak-anak, cover yg penuh warna adalah pilihan tepat. Desain cover itu bermacam-macam. Ada yg dibuat sepenuhnya memakai komputer dengan pewarnaan komputer juga, ada yg memakai foto, ada jg yg memakai lukisan tangan.

Karena aku tahu betapa pentingnya cover itu, aku benar-benar serius dalam menentukan konsep cover ICYLANDAR. Aku ingin sekali cover ICYLANDAR adalah lukisan tangan asli dengan pewarnaan asli, bukan komputer (kebanyakan cover buku yg ada adalah menggunakan pewarnaan komputer karena lebih mudah dan tidak butuh keahlian luar biasa dalam membuatnya). Masalahnya susah sekali mencari designer yg pintar mendesain di komputer, sekaligus bisa melukis. Lalu tanpa sengaja aku melihat beberapa karya buatan Mario Diaz dan langsung saja aku mengatakan “Ni anak harus bikin covernya ICYLANDAR”. Akhirnya aku menghubunginya dan meminta dengan sangat agar dia mau membuatkan cover untukku. Untungnya meski sibuk, Mario bersedia membuatkanku cover. Sampai saat ini aku bersikeras bahwa seluruh cover dan ilustrasi ICYLANDAR sampai sekuel terakhir hanya boleh dibuat oleh Mario.

Untuk memperindah buku, kalian bisa juga menambahkan lukisan-lukisan seperti yg ada di awal bab novel ICYLANDAR. Setelah ilustrator kalian selesai membuat lukisan dan memasukkannya ke dalam file komputer, berikan file itu pada layouter kalian yg akan memasukkannya ke dalam layout buku.

Salah satu keuntungan menerbitkan buku sendiri, kalian bisa menata buku kalian sesuka hati. Kalau di penerbit besar, pengerjaan buku kemungkinan tidak akan terlalu detil krn mereka punya banyak sekali buku dan bagaimanapun itu bukan karya buatan mereka sendiri. Sedangkan jika kalian menerbitkan buku sendiri, pengerjaan bisa detil sekali karena buku kalian hanya satu dan itu adalah karya yg kalian sayangi.

6. ISBN (International Standar Book Number)

Coba lihat bagian belakang cover buku. Di situ ada barcode putih dengan beberapa kode nomer. Kalau di cover belakang ICYLANDAR tulisannya ISBN 978-602-97087-0-7.

Guna ISBN adalah untuk mendaftarkan dan mengidentifikasikan buku kalian secara internasional. Sebenarnya setiap buku tidak wajib memiliki ISBN. Jadi silahkan saja bila kita mau menerbitkan buku, tetapi tidak mau mengurus ISBN. Masalahnya, toko buku tertentu seperti Gramedia, hanya mau menerima buku yg ada ISBN nya. Jadi kalau bukumu tidak ada ISBN nya, berarti tidak bisa didisplay di toko buku Gramedia.

Cara untuk mengurus ISBN sangat mudah. Langkah-langkahnya :

- Buat surat permohonan atas nama penerbit (berstempel) dari buku yg hendak diterbitkan. Surat permohonan ini diprint di kop surat penerbitan. Surat ditujukan kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jangan lupa surat harus ditandatangani oleh pemilik penerbitan atau yg mewakili dan diberi stempel penerbitan.

- Sertakan copy dari halaman judul novel kita. Halaman judul bukanlah cover. Di ICYLANDAR, yg dimaksud dgn halaman judul adalah halaman ketiga (halaman setelah Undang-Undang hak cipta). Halaman yg ada tulisan ICYLANDAR - The Elf’s Kingdom, DIONVY, logo dan tulisan Pustaka Redemptor. Jadi halaman judul harus memuat judul buku, nama penulis, logo serta nama penerbit. Karena itu mengurus ISBN harus setelah novel kalian selesai dilayout.

- Data Buku. Ini kalian ketik sendiri. Isinya adalah segala data tentang buku kalian. Judul, nama penulis, penerbit, berapa halaman, siapa editornya, siapa layouternya, siapa ilustratornya, dll.

- Daftar Isi. Buat daftar isi dari buku kalian. Jika novel kalian ada daftar isinya, silahkan kalian copy halaman itu. Namun, jika novel kalian memang disengaja tidak memakai daftar isi, kalian ketik sendiri saja daftar isinya.

- Kata Pengantar. Untuk buku non-fiksi biasanya ada kata pengantar entah dari penulis atau dari orang tertentu. Itu bisa dibuat copy nya. Namun untuk novel fiksi, biasanya tidak ada kata pengantar. Jadi kalian buat saja ketikan satu atau dua halaman tentang ringkasan buku kalian. Untuk ICYLANDAR dulu yg dikirim adalah halaman setelah ucapan terima kasih. Halaman yg isinya “Kisah ini terjadi pada suatu masa…..”

- Pergi ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Raya 28 A, Jakarta. Nanti di situ tanya saja tempat untuk mengurus ISBN. Di sana kalian akan diminta mengisi selembar formulir. Nah, karena untuk mendapat ISBN harus ke Jakarta, jadi jangan sampai ada kelengkapan yg tertinggal. Jika semua syarat sudah dipenuhi, hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam saja untuk membuat ISBN. Jadi kalian datang dengan membawa semua syarat, lalu langsung mengisi formulir di situ, bayar, dan tunggu.

- Biaya ISBN + barcode adalah Rp 60.000. Tidak ada pungutan liar dalam bentuk apapun. Kalian murni hanya membayar Rp 60.000 rupiah.

- Nomer ISBN akan diberikan tak lama kemudian, tetapi barcode nya akan dikirim via email.

- Barcode itu nanti masukkan ke dalam cover novel kalian.

7. Memilih Percetakan

Kita harus teliti saat memilih percetakan. Beberapa hal yg harus dicermati saat memilih adalah :

- Kualitas cetakan

Percetakan yg baik maka tinta cetaknya tidak luntur dan terang. Banyak percetakan kecil yg kualitas cetakannya tak ubahnya dengan mesin fotokopi. Tentu ini akan membuat novel tidak nyaman dibaca dan jg membuat novel kita seperti novel murahan. Lalu mereka juga harus bisa mencetak cover dgn baik. Tinta warna yg jelek bisa membuat cover menjadi jelek juga. Dan perhatikan apakah mereka bisa memberi fasilitas embossed dan UV-Spot. Embossed adalah untuk membuat salah satu bagian cover jd menonjol. Misal di cover ICYLANDAR, bagian yg di embossed adalah judul depan, nama dionvy, serta logo Glaudio-elmes di bagian belakang. Kalau diraba, maka ketiga bagian tadi tampak menonjol. Sedangkan UV-Spot adalah untuk memberikan efek berkilau. Di ICYLANDAR yg diberi UV-Spot adalah judul depan, nama dionvy, logo Glaudio-elmes di bagian belakang, judul Icylandar di punggung buku, serta logo Pustaka Redemptor. Sebenarnya masih ada beberapa fasilitas yg lain seperti hot-print dll. Tp krn aku tidak tertarik pada fasilitas-fasilitas yg lain itu, jadi kuanggap tidak penting :p :p

- Kualitas Jilidan

Percetakan yg baik harus bsa menjilid buku kita dengan baik pula. Apalagi bila novel kita tebal. Bila kualitas jilidannya buruk, maka buku akan mudah rontok. Novel setebal ICYLANDAR tidak cukup hanya dilem saja, tetapi halamannya harus dijahit untuk mencegah halamannya lepas.

- Pilihan kertas

Percetakan jg harus bisa menyediakan kertas yg kita inginkan. Beberapa jenis kertas adalah:

HVS (ini seperti yg dipakai pada buku eragon yg pertama dan kedua. HVS ini termasuk kertas yg harganya paling mahal. Kertasnya berat dan cukup tebal. Untuk novel yg tebal kurang direkomendasikan memakai kertas HVS krn selain berat, jg terlalu terang. Warna putih bisa membuat mata cepat lelah saat membaca).

Book Paper 55 gram (ini adalah kertas yg dipakai untuk ICYLANDAR. Kelebihan kertas ini adalah ringan, terkesan eksklusif, serta nyaman dibaca karena kertasnya agak kecoklatan. Kekurangannya adalah kertas ini cukup tebal sehingga menimbulkan kesan bukunya tebal. Jadi kalau kalian punya buku Harry Potter, coba bandingkan tebalnya dengan ICYLANDAR. Pada jumlah halaman yg sama, mungkin tebal Harry Potter hanya ¾ nya ICYLANDAR).

Kertas Koran (sebenarnya namanya bukan kertas koran, ini hanya sebutan utk kertas yg tipis-tipis. Aku tidak tahu nama kertasnya apa. Keuntungan kertas ini yg paling utama harganya murah. Namun kerugiannya, jelas kualitasnya yg seperti kertas bungkus kacang. Kurang tepat kalau kita ingin membuat buku yg eksklusif)

Masih ada banyak jenis kertas, tapi aku tidak hafal. Maklum aku tidak kerja di percetakan :p

- Harga

Permainan harga di percetakan cukup tinggi. Penting untuk mensurvei paling tidak 3 percetakan agar kita tahu harga percetakan itu termasuk mahal atau tidak. Harga tentu saja ditentukan oleh jenis kertas, ukuran buku, tebal buku, hard/soft cover, jumlah eksemplar. Jangan hanya karena mengejar harga murah, lalu kita melupakan kualitas cetakan.

Pasti kalian bertanya-tanya, berapa sih modal untuk menerbitkan buku sendiri itu? Modal paling besar adalah untuk ongkos cetak. Ini kuberi gambaran kasar harga cetak sebuah buku (kukatakan gambaran kasar karena harga yg kucantumkan ini sama sekali tidak mempertimbangkan jenis kertas, ukuran buku, jumlah eksemplar, dll. Ini benar-benar hanya gambaran kasar saja dan tidak bisa dijadikan patokan). Untuk tiap 100 halaman buku (halaman, bukan lembar), harganya sekitar Rp. 3000. Jadi kalau bukumu tebalnya 500 halaman, berarti ongkos cetak 1 buku sekitar Rp. 15.000. Nah masalahnya, mencetak itu paling tidak minimal 3000 eksemplar. Karena kalau hanya 1000 eksemplar ongkos cetak 1 bukunya jadi melonjak 2 kali lipat.

Jadi andai kalian membuat novel setebal 500 halaman (halaman setelah di layout, bukan dalam bentuk file MS Word) dan akan dicetak 3000 eksemplar, kalian butuh modal 15.000 x 3000 eks = 45.000.0000

Kalau novel kalian hanya 200 halaman jadi modalnya hanya sekitar 6000 x 3000 eks = 18.000.000.

8. Memilih Distributor

Akan kujelaskan apa fungsi distributor itu. Jadi setelah novel kita selesai dicetak, novel itu akan dikirim ke penerbit (dalam hal ini penerbitnya adalah kita sendiri). Novel-novel itu lalu harus dikirim ke toko buku. Tugas distributor adalah mengirimkan novel kita ke toko buku dan mengurus segala macam administrasinya. Distributor yg baik bisa mendistribusikan buku kita ke toko-toko buku di seluruh Indonesia. Sebenarnya bisa saja kita mendistribusikan buku kita sendiri. Tapi itu artinya kita harus mendatangi setiap toko buku, meminta buku kita didisplay, lalu nanti meminta laporan setiap bulan, menagih uang, dll. Terlalu merepotkan dan sangat rawan. Kusarankan sebaiknya memakai jasa distributor saja. Distributor jg yg akan memastikan buku kita tidak disingkirkan oleh toko buku. Para distributor mempunya checker masing-masing di setiap toko buku. Checker-checker ini yg akan mengawasi buku-buku distribusi mereka agar diperlakukan dengan baik di toko buku. Jika checker-checker ini tidak ada, bisa-bisa buku distribusi mereka hilang entah ke mana. Nanti setiap bulan kita tinggal menagih ke distributor kita atas penjualan buku kita. Pilih distributor yg mempunyai nama baik. Banyak sekali terjadi penipuan dalam distribusi buku. Karenanya jgn sembarangan memilih distributor.

Terlihat kan betapa pentingnya peran distributor itu. Nah, untuk itu bayaran distributor jauh dari kata murah, bahkan bisa dibilang sangat mahal. Distributor biasanya mengambil 55% dari harga jual buku di toko buku. Jadi dari percetakan, kita serahkan buku kita ke distributor. Lalu mereka akan mengirimkan buku kita ke toko-toko buku. Ongkos pengiriman ke toko buku ditanggung oleh distributor. Nanti bila buku kita ada yg laku, mereka akan mengambil 55% nya. Jika buku kita tidak laku, maka buku kita akan dikembalikan. Ongkos pengembalian buku-buku ini juga ditanggung oleh distributor.

Perhitungan 55% itu maksudnya seperti ini :

Andai buku kita ongkos cetak untuk 1 buku Rp 20.000. Lalu kita jual di toko buku seharga Rp. 100.000.

Maka distributor akan mengambil utk tiap 1 buku : 55% x Rp 100.000 = Rp 55.000

Penerbit akan mendapat utk tiap 1 buku : 45% x Rp 100.000 = Rp 45.000

Keuntungan penerbit utk 1 buku : Rp 45.000 - Rp 20.000 = Rp 25.000

Jadi bisa dibilang untuk setiap buku luar biasa yg kalian beli di toko buku, kalian hanya perlu membayar sekitar Rp 10.000 - Rp 20.000 untuk penulisnya. Murah sekali kan. Karena itu kalau ingin cepat kaya, jangan jadi penulis, jadi pengusaha kilang minyak saja. Atau kalau perlu jadi perampok bank :p

Kita hanya membayar distributor bila ada buku yg laku. Kalau buku tidak laku, kita tidak perlu membayar. 55% itu sudah termasuk pajak. Jadi kita sebagai penerbit tidak perlu membayar PPn untuk buku kita.

9. Nasib Buku di Toko Buku

Jumlah buku di toko buku ada ribuan. Karena itu bila ada buku yg tidak laku, toko buku akan meretur/mengembalikan buku itu. Jika dalam 6 bulan suatu buku tidak ada yg terjual, maka buku itu akan dianggap hanya memenuhi toko buku. Ini adalah salah satu resiko yg harus ditanggung penerbit, yaitu bukunya tidak laku dan toko buku memaksa mengembalikan.

Jadi itulah sekelumit kisah bila kita ingin menerbitkan buku sendiri. Sekali lagi kukatakan kalau prosesnya sangatlah rumit. Jika menurut kalian buku kalian layak diperjuangkan, kenapa tidak. Namun kalian juga harus mempertimbangkan untung ruginya. Bagaimanapun ini adalah sebuah bisnis yg ada untung ada rugi.

Okey, inilah akhir note Let’s Make a Book. Semoga bisa memberi manfaat bagi kalian semua. Jika kalian punya pertanyaan, langsung tanya saja. Atau kalau kalian ingin informasi yg belum tercantum dalam note ini, silahkan tanya juga. Kalau sepertinya informasi itu memang sangat dibutuhkan, aku bisa menuliskannya dalam note baru.

With Love

Dionvy

Tips Impor : Mengirim Naskah ke Penerbit

Sekedar share, saya kreditkan tulisan tips2 Let's make a book part 1-4 ini pada mbak Dionvy Icylandar, penulis novel fantasi dalam negeri : Icylandar.

Tulisan ini seperti apa yang di copy-paste dari notes facebook beliau dan sudah minta izin terlebih dahulu. Diperuntukan bagi siapapun yang punya naskah dan ingin melahirkan naskahnya ke dunia. Atau untuk orang2 yang ingin tahu perjuangan seorang penulis untuk menetaskan buah pikiran mereka sehingga barangkali bisa lebih menghargai sebuah buku.

===================================

Setelah naskah selalui melalui tahap editing awal, saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Ada 2 cara untuk mengubah naskah kita menjadi berbentuk buku, yaitu dengan mengirimkannya ke penerbit yg sudah ada atau dengan menerbitkan sendiri. Tentu saja kedua pilihan itu memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing.

Dalam part 3 ini akan kubahas dulu tentang cara mengirimkan naskah ke penerbit.

1. Print Naskahmu dan Jilid yg rapi

Biasanya penerbit minta di print dalam kertas ukuran A4 dan spasi 1,5. Dan penerbit maunya juga naskah yg tidak lebih dari 400 halaman. Kemudian jilid naskah yg sudah di print. Pilih jilidan terbaik yg bisa kalian dapatkan.

Satu paragraf yg kutulis di atas pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan. Kalau naskahku lebih dari 400 halm gimana? Kalau spasinya kuubah jadi 1 saja gimana? Dan masih banyak pertanyaan lain. Untuk itu akan kuterangkan dulu sekilas apa yg kira-kira terjadi di dalam sebuah penerbitan.

Setiap harinya, sebuah penerbitan akan menerima puluhan naskah. Dalam sebulan berarti bisa ribuan naskah. Semakin besar penerbitan itu, semakin banyak nasah yg masuk. Sebuah penerbitan jumlah editornya mungkin hanya sekitar 3 atau 4 org. Bayangkan saja, 4 orang editor ini harus membaca ribuan naskah. Kalau kalian yg menjadi editor, bagaimana perasaan kalian?

Karena banyaknya naskah yg masuk, jadi jelas kan kalau kita harus melakukan sesuatu agar naskah kita berbeda dari naskah yg lain dan para editor itu jadi tertarik. Selain tentu saja naskah kita harus berkualitas (karena itu harus diedit dulu supaya susunan katanya tidak berantakan dan bahasanya tidak amburadul, jadi jangan sampai editor sudah tertarik membaca lalu begitu dibuka gaya bahasanya hancur. Langsung dibuang deh naskah kita), kemasan naskah kita juga harus menarik. Jadi coba buat cover2 sederhana (di print di kertas A4 juga aja covernya). Desain covernya ambil dari internet saja gpp. Kan covernya bukan utk di publish. Kalau mau yg lebih bermutu lagi, bisa dicoba melayout dan memberi ilustrasi naskahmu. Ini rumit, tetapi naskahmu jadi terlihat berbeda dan bagus. Akan menjadi nilai tambah tersendiri.

Sekarang mengenai tebal halaman. Kenapa sebaiknya hanya 400 halaman?

Ini lebih ke arah kepentingan bisnis. Naskah yg tebal, pastilah ongkos cetaknya lebih mahal. Padahal untuk mengorbitkan novel dari penulis baru itu tidak mudah. Unsur gambling nya tinggi. Tidak semua penerbit berani melakukan gambling sebesar itu.

Sebagai ilustrasi : andai author novel ICYLANDAR adalah JK. Rowling, pastilah akan langsung terbentuk antrian sepanjang 1 km pada hari pertama launching di toko buku. Tapi karena nama yg tercetak di novel ICYLANDAR adalah DIONVY yg sama sekali belum pernah dikenal namanya, orang pasti mempertanyakan. Apalagi andai orang tahu DIONVY adalah org Indonesia. Semakin under-estimate deh.

Buku tebal = ongkos cetak mahal = harga buku mahal

Andai kalian sedang jalan-jalan di mall sendirian dgn berbekal uang 100ribu. Lalu kalian lapar, ingin makan. Tapi sambil makan enaknya baca buku (ingat kalian pergi sendirian, kan ga seru makan sendiri sambil matanya kerlap-kerlap ke mana-mana. Bisa dipikir sedang mencari mangsa :p ). Akhirnya kalian pergi ke toko buku. Nemu 2 buku: buku Icylandar dan buku yg lebih tipis. Kalau beli buku yg lebih tipis harganya 45 ribu. Jadi kalian masih punya sisa uang 55 ribu buat makan. Lumayan. Nah kalau beli Icylandar, harganya 88 ribu. Jadi kalian hanya punya sisa uang 12 ribu. Makan apa di mall 12 ribu itu. Bisa makan ga bisa minum!

Hal-hal di atas hanya ilustrasi saja, tetapi cukup bisa menggambarkan kenapa penerbit lebih suka menerbitkan naskah yg tipis. Taruhannya tidak terlalu besar.

Jika naskah kalian memang tebal dan tidak bisa diubah, ya tidak apa-apa dicoba saja dikirim. Bukannya tidak mungkin. Tetapi kalau pun sampai ditolak, kalian sudah bisa lebih paham alasannya.

Satu catatan penting lagi. Jangan pernah membagi naskah kalian menjadi 2 jilid. Maksudnya misal tebal naskah kalian 500 halaman. Lalu kalau dibuat 1 jilid tidak akan kuat. Akhirnya kalian pecah menjadi 2 jilid (250 halm - 250 halm). Yg sering terjadi adalah begitu sampai di penerbit, maka jilid yg kedua akan tercecer entah di mana. Akhirnya naskah kalian hanya dibaca 250 halm saja. Jadi bagaimana utk menyiasati naskah yg tebal? Print bolak-balik. Dgn begitu hanya butuh 250 lembar dan cukup utk dijilid menjadi 1.

2. Di dalam jilidan naskahmu, jangan lupa sertakan juga ringkasan cerita novelmu, biodata, dan alasan kenapa naskahmu layak diterbitkan oleh mereka. Jilid jadi satu dgn naskah, jangan terpisah karena bisa tercecer.

Buat ringkasan cerita semenarik mungkin. Bedakan antara sinopsis cerita dengan ringkasan cerita. Kalau sinopsis itu seperti yg ada di bagian belakang buku. Sinopsis intinya membuat pembaca penasaran. Kalau ringkasan cerita adalah isi buku kalian secara singkat, kira-kira 2 halaman.

Untuk bioadata, tulislah data diri kalian termasuk pendidikan terakhir dan juga foto. Buat foto yg bagus supaya editor yg melihat senang. Jangan pasang foto kalian sedang nongkrong di warteg sambil minum kopi. Bikin sakit mata saja. Coba bayangkan kalau kalian foto pakai baju eksklusif, sedang santai di café, wah meyakinkan sekali. “Smart banget nih orang. Pasti tulisannya oke punya.” Tapi kalau kalian foto di pinggir sawah, dengan muka kumuh dan celana kolor “Halah paling bisanya menulis cara ternak bebek”.

Untuk halaman alasan kenapa naskah kalian layak diterbitkan, ini untuk membuat semacam sugesti bahwa naskah kalian bagus. Jadi, tulis apa kelebihan novelmu. Misal kalau untuk novel Icylandar, aku akan menulis ini satu-satunya naskah di dunia yang menceritakan dunia elf secara utuh, lengkap dengan keadaan alam kerajaannya, karakter setiap tokoh yg akan membuat pembaca berkata “oh ternyata elf itu seperti ini. Kupikir mereka hanya makhluk mistis yg kerjanya bernyanyi dan berperang. Ternyata mereka juga harus latihan, harus bercocok tanam, ada persahabatan, ada permusuhan, dan ada iri hati.” Konflik dan misteri di novel ini juga kuat sekali sehingga pembaca tidak akan merasa bosan. Didukung dengan deskripsi yang detil, tetapi tidak panjang berbelit-belit.

Jadi tulis bagian mana dari novel kalian yg menurut kalian adalah kekuatan. Tentu saja dengan ditambah bumbu-bumbu penyedap di sana-sini sehingga puji-pujiannya menjadi lebih mantap :p

3. Pilih Penerbit

Ada banyak sekali penerbit di Indonesia. Kita harus jeli memilih mana penerbit yang kira-kira akan menyukai naskah kita. Untuk tahu mana penerbit yg cocok, coba jalan-jalan ke toko buku dan lihat novel-novel Indonesia itu siapa penerbitnya.

Kebijakan sebuah penerbitan itu bisa berubah-ubah. Misal tahun ini penerbit A hanya mau menerbitkan naskah romance dan dia menolak semua naskah fantasi, tidak peduli naskah fantasi itu bagus atau jelek. Namun tahun berikutnya bisa jadi penerbit A memutuskan untuk mulai membuka diri bagi naskah fantasi. Kebijakan-kebijkan seperti ini yg sulit untuk kita ketahui. Krn itu sebaiknya langsung kirimkan naskahmu ke banyak penerbit.

4. Jadi sebaiknya mengirimkan naskah ke banyak penerbit atau satu penerbit dulu lalu tunggu jawabannya?

Sebaiknya langsung ke banyak penerbit. Kenapa begitu? Karena menunggu jawaban dari 1 penerbit saja minimal bisa memakan waktu 3 bulan. Itu minimal. Ada penerbit yg baru memberi jawaban setelah 1 tahun, ada juga yg sama sekali tidak memberi kabar.

Lalu nanti bagaimana bila ada 2 penerbit yg mau menerima naskahku?

Bukannya tidak mungkin hal itu terjadi, tetapi sangatlah jarang. Kalau pun nanti sampai terjadi seperti itu, kita pikir nanti saja. Selama belum tanda tangan kontrak, kita masih bisa menolak tawaran dari penerbit itu.

Karena kita akan mengirim naskah ke banyak penerbit, maka dari awal sebaiknya kita siapkan naskah master. Naskah master adalah naskah yg kita print. Lalu naskah master ini kita fotocopy. Bila sewaktu-waktu diperlukan, kita tidak perlu mem-print naskah kita lagi. Cukup mem-fotocopy si naskah master.

5. Apa yg harus dilakukan setelah naskah dikirim?

Kita harus memastikan naskah kita sampai di penerbit. Jadi kira-kira seminggu setelah pengiriman, coba telepon ke penerbit yg bersangkutan.

6. Apa yg harus saya lakukan selanjutnya?

Menunggu kabar dari penerbit. Biasanya minimal 3 bulan kita akan menerima kabar. Tapi ada juga yg 1 thn baru memberi kabar. Jawaban dari penerbit bisa diterima, ditolak, atau tidak ada jawaban. Ada baiknya setelah 3 bulan kalian telepon penerbit itu untuk menanyakan kabar naskah kalian.

7. Andai diterima, apa yg harus saya lakukan?

Setiap penerbit memiliki kebijakan masing-masing. Namun secara garis besar, sebelum naskah kalian diedit ulang oleh editor yg bersangkutan, kalian akan diminta menandatangai kontrak perjanjian. Kalian harus jeli mengamati isi perjanjiannya. Ada banyak macam variasi perjanjian.

Isi dari perjanjian itu biasanya meliputi : (sebenanrnya poin perjanjian itu banyak, ini hanya beberapa saja)

a. Judul buku yg akan diterbitkan

Pastikan penerbit hanya berhak menerbitkan buku dgn judul yg kita berikan dan bukan sekuelnya. Jadi misalnya buku kita adalah trilogi, maka perjanjian pertama ini hanyalah utk menerbitkan sekuel 1. Utk sekuel selanjutnya, harus membuat perjanjian ulang. (Jangan sampai ada perjanjian yg menyatakan penerbit berhak menerbitkan buku A beserta turunannya). Jika nanti ternyata penerbit ini tidak cukup kompeten dlm menerbitkan buku kita yg pertama, kita bisa mencari penerbit lain utk buku yg kedua.

b. Hak-Hak Penerbit

Apa saja hak penerbit berkaitan dgn buku kita. Ada penerbit yg meminta hak menerbitkan buku kita dalam bahasa indonesia + hak utk menerjemahkan dan menerbitkan dalam bahasa asing + hak untuk membuat film, drama + hak-hak lain. Tapi ada juga penerbit yg hanya meminta hak utk menerbitkan dlm bahasa indonesia dan hak menerbitkan dlm bahasa asing dikembalikan sepenuhnya kepada penulis.

c. Penerbit tidak bertanggung jawab bila isi buku berbau SARA, fitnah, mencontek karya pihak lain, dll yg menyebabkan timbulnya tuntutan.

Jadi tuntutan atas isi buku sepenuhnya ditanggung oleh penulis. Tentu saja penerbit dari awal sudah mencegah timbulnya tuntutan ini dgn menolak buku-buku yg sekiranya isinya bisa bermasalah. Krn bila buku itu sampai harus ditarik dari pasaran, penerbit akan menanggung rugi materi yg besar. Sedangkan penulis menanggung tuntutan.

d. Waktu menerbitkan pertama kali

Penerbit wajib mencantumkan kapan batas waktu dia menerbitkan buku kita sejak perjanjian ditandatangani. Biasanya adalah 1 thn.

(Contoh : Pihak Kedua wajib mengumumkan dan memperbanyak atau menerbitkan naskah Pihak Pertama dalam jangka waktu selambat-lambatnya 1 thn terhitung sejak penandatangan perjanjian ini).

Pentingnya pasal mengenai hal ini adalah bila ternyata dalam jangka wkt 1 thn penerbit tdk jg menerbitkan naskah kita, kita berhak utk mengambil kembali naskah kita dan mencari penerbit baru. Krn bisa saja wkt penerbit sudah menerima naskah kita, tp ternyata mereka mendapat naskah lain yg lebih bagus. Akhirnya naskah kita ditunda penerbitannya/terbengkalai.

e. Proof - print

Biasanya sebelum naskah naik cetak, ada yg dinamakan proof print. Jadi naskah di print dalam bentuk layout siap cetak. Proof print ini hanya di print di kertas HVS biasa, bukan di kertas buku. Dan biasanya setelah proof-print keluar, penulis diminta memeriksa untuk kemudian memberikan persetujuan. Baru kemudian naskah naik cetak. Tapi apakah pemberian persetujuan ini hanya melibatkan isi atau juga melibatkan layout buku. Banyak juga buku yg layoutnya bisa dibilang menyedihkan. Tulisannya kecil-kecil, spasinya rapat-rapat, dll sehingga novel jd tidak nyaman dibaca. Apakah penulis jg berhak memberikan protes dalam hal layout? Ini tergantung penerbit masing-masing.

f. Royalti

Penulis biasanya mendapat royalti sebesar 10 %. Nah 10 % ini bisa dihitung dari harga jual buku di toko buku, bisa juga dari harga jual buku di toko buku setelah dipotong Ppn 10%. Tentu ini memberikan makna yg berbeda.

Ada penerbit yg memberikan uang muka royalti misal 25% dari royalti yg semestinya didapat penulis dari cetakan pertama. Misal cetakan pertama sebanyak 3000 eksemplar. Maka penulis mendapat uang muka royalti sebesar 25% dari 3000 eksemplar itu. Tapi pemberian uang muka ini jarang terjadi.

Biasanya royalti diberikan setiap 6 bulan sekali.

Bila penerbit disepakati mendapat hak untuk menerbitkan ke dalam bahasa asing, jg perlu dibicarakan mengenai masalah royalti utk cetakan bahasa asing ini.

g. Hak cipta

Apapun yg terjadi, hak cipta harus tetap milik penulis. Baik itu diterbitkan dalam bahasa indonesia maupun bahasa asing. Jangan pernah memberikan hak cipta kepada pihak lain kecuali setelah pertimbangan yg matang. Kegunaan hak cipta ini adalah segala bentuk penggandaan karya kita berarti harus seijin kita dan itu berarti kita berhak mendapat royalti atas setiap penggandaan itu. Jadi misal bila karya kita mau difilmkan, harus atas seijin kita dan kita berhak mendapat royalti. Penerbit hanya memiliki hak menerbitkan dan menggandakan, tetapi bukan hak cipta.

h. Jangka waktu menerbitkan

Biasanya tidak dicantumkan berapa lama penerbit memiliki hak untuk menerbitkan naskah kita. Apakah 5 thn, 10 thn, atau selamanya. Namun, bila novel kita tidak laku, maka penerbit bisa melepas hak menerbitkan ini.

Variasi perjanjian itu ada banyak. Hati-hati dalam menandatangani perjanjian. Apalagi jika kita yakin naskah kita adalah naskah yg amazing. Harus benar-benar memperhatikan hal-hal yg mungkin tampak sepele. Jangan hanya karena sedang euforia naskah diterima penerbit, lalu menjadi kurang berhati-hati.

8. Proses Editing naskahku di dalam penerbit bagaimana?

Begitu naskahmu dinyatakan diterima oleh penerbit, naskahmu pasti akan diedit ulang. Proses editing ini berbagai macam. Ada editor yg tidak terlalu ambil pusing perkara mengedit sehingga naskahmu cenderung dibiarkan dalam kondisi “murni” seperti pada saat baru datang, bisa juga editormu orang yg menyenangkan utk diajak kerja sama. Jadi km dan dia bisa saling berdiskusi mengenai naskahmu, dan ada pula editor yg arogan sehingga naskah itu harus disesuaikan dengan keinginannya.

Lalu biasanya sebagai penulis kalian tidak diberi hak untuk menentukan bentuk kemasan buku. (Ukuran buku, jenis kertas yg dipakai, layout, dll). Tp ini biasanya lho ya karena bagaimanapun di mana-mana pemilik modal adalah yg paling berkuasa. Dan dalam hal ini pemilik modal adalah penerbit. Mengenai cover, kalian bisa mengajukan ide atau desain cover. Namun, masalah akan dipakai atau tidak, itu tergantung penerbit juga.

9. Kalau naskahku ditolak semua penerbit bagaimana?

It is not the end of the world okey. Masih banyak cara utk membuat naskahmu terbit. Mungkin kalian harus menunggu dulu, siapa tahu sekarang ditolak, tahun depan diterima. Masih bisa juga usaha menerbitkan sendiri. Yg penting, kalau naskahmu memang layak diperjuangkan, perjuangkanlah. Kalau memang kalian sudah lelah dan ingin mencoba hal lain, kenapa tidak? Misal, gagal jadi penulis lalu justru jadi penemu. (Hmmm…. mulai terpikir utk menjadi penemu saja. Sayangnya semua penemuan sudah diserobot oleh Thomas Alfa Eddison. Ini tidak adil! Kenapa satu orang bisa membuat ribuan penemuan! Ya sudahlah, jatahku memang bukan membuat bohlam lampu, cukup membuat Icylandar. Toh, di Icylandar tidak ada lampu).

10. Apa keuntungan dan kerugian naskah kita diterbitkan oleh penerbit?

Jadi jelas di sini bahwa keuntungan naskah kita diterbitkan oleh penerbit adalah sebagai penulis kita tidak perlu mengeluarkan uang. Semua biaya ditanggung oleh penerbit. Jadi andai ternyata buku kita kurang laku di pasaran, kita tidak menanggung rugi, ya tentu saja kecuali kerugian secara spiritual karena karya kita ternyata tidak disukai pasar.

Keuntungan berikutnya adalah penulis tidak perlu repot. Tidak mudah lho menyiapkan sebuah produk hingga siap dipasarkan. Harus memilih-milih kertas, menentukan layout, menentukan jalur distribusi, melakukan promo, dll. (semua proses dalam menyiapkan sebuah buku dari naskah hingga menjadi buku akan kujabarkan di dalam part 4).

Sedangkan kerugiannya yg jelas adalah kita tidak bisa terlalu idealis mengenai naskah kita, baik dalam hal editing maupun kemasan. Ini sebenarnya tidak bisa sepenuhnya dibilang kerugian. Tergantung pribadi kita masing-masing. Jika kita orang yg sangat idealis, dan kita yakin selera kita dalam hal editing maupun kemasan buku sangatlah bagus, tentu menyebalkan bila penerbit tidak mau mengikuti apa kata kita. Namun bila ternyata sebenarnya selera kita tdak terlalu bagus, sungguh menguntungkan ada penerbit yg mengingatkan.

Kerugian yg lain adalah bila kebetulan kita menemukan penerbit yg bisa dibilang agak curang. Jadi pengiriman royalti kita selalu bermasalah atau terlambat, kemudia jumlah royalti yg dibayarkan tidak sesuai dengan jumlah buku yg terjual.

Nah sampai di sini part 3 nya. Kok capek ya ngetiknya. Hiyaaaa ternyata panjang sekali. Ckk… ckk… ckk… seperti membuat makalah saja. Mungkin aku punya bakat jadi bu guru nih :p

Dalam Let’s Make a Book - part 4, akan kuberi tahu cara menerbitkan buku sendiri.

(Serius ini capek sekali ngetiknya :p )

With Love

Dionvy

Tips Impor : Proses Editing Naskah

Sekedar share, saya kreditkan tulisan tips2 Let's make a book part 1-4 ini pada mbak Dionvy Icylandar, penulis novel fantasi dalam negeri : Icylandar.

Tulisan ini seperti apa yang di copy-paste dari notes facebook beliau dan sudah minta izin terlebih dahulu. Diperuntukan bagi siapapun yang punya naskah dan ingin melahirkan naskahnya ke dunia. Atau untuk orang2 yang ingin tahu perjuangan seorang penulis untuk menetaskan buah pikiran mereka sehingga barangkali bisa lebih menghargai sebuah buku.

===================================

Setelah naskah selesai ditulis, sekarang kita akan masuk ke dalam proses editing. Begitu memasuki proses ini, kita tidak bisa lagi terus bertahan dalam idealisme kita. Harus mulai belajar untuk terbuka terhadap kritik dan pendapat orang lain.



Hal utama yg harus kita tanamkan dalam hati yaitu editor utama naskah kita adalah kita sendiri. Orang lain hanya membantu. Jadi jangan berpikir “ah, kalau naskahku diterima penerbit kan nanti akan ada editor yg mengeditkan”. Hanya penulis malas yg berpikir seperti itu. Jadi tidak peduli nantinya naskah kita akan diterbitkan oleh penerbit atau diterbitkan sendiri, kita tetap harus melakukan proses editing.



1. Baca ulang naskahmu

Begitu naskah selesai ditulis, baca ulang naskah itu secara keseruhan mulai dari halaman pertama. Karena pada saat naskah baru saja selesai ditulis, susunannya masih berantakan dan ceritanya banyak yg tidak sesuai. Fokuskan pengeditan pertama ini pada isi cerita, bukan pada masalah tanda baca ataupun kesalahan ketik. Cari tahu apakah isi ceritanya sudah mengalir lancar, ada tidak yg saling bertentangan, apakah adegan-adegannya sudah tergambarkan dengan baik, apakah karakter-karakternya sudah sesuai dengan harapan kita, dsb. Bila masih ada hal-hal mengenai isi cerita yg kurang bagus, segera perbaiki.



2. Cari teman untuk jadi editormu

Untuk editan awal seperti ini tidak perlu menggunakan jasa editor profesional. Cukup gunakan teman dan orang-orang terdekatmu. Usahakan pilih orang yg sesuai dgn segmen tulisanmu. Misal menulis novel remaja, jgn cari orang tua utk membaca naskahmu.



3. Berikan naskahmu pada para editormu

Naskah bisa diberikan dalam bentuk file ataupun sudah di print. Membaca dalam bentuk print, tingkat ketelitiannya jauh lebih tinggi. Tetapi ongkosnya lebih mahal dan tentu saja repot harus mem-print. Kalau para editormu tidak keberatan membaca di laptop, tidak ada masalah diberikan dalam bentuk file.



Perlu diingat, 99% editormu akan mengatakan kalau naskahmu bagus, walau sebenarnya mungkin mereka ingin membuang naskahmu ke tempat sampah. Bukan salah mereka memberikan pujian palsu meski dari awal kalian sudah menekankan agar mereka jujur. Selalu ada rasa sungkan dan takut menyakiti hati kalian. Jadi mereka memilih untuk mengatakan “wah bagus tulisanmu, km punya bakat. Ceritanya mengalir. Deskripsinya kuat banget,kalau di film kan pasti keren”.



So,bagaimana cara untuk tahu apakah pujian yg mereka lontarkan itu asli atau palsu? Belajarlah untuk menjadi peka. Jangan hanya mendengar apa yg diucapkan di bibir. Tetapi perhatikan hal-hal kecil yg lain, misal berapa lama mereka membaca naskahmu, bagaimana ekspresi mereka saat membaca, apakah mereka tertarik untuk mengetahui lanjutan kisahmu atau mereka justru agak malas. Perhatikan juga isi dari komentar yg diberikan. Intinya, belajarlah menjadi peka dan jangan mudah termakan kata-kata manis.



Kita tidak perlu mendengarkan setiap editan dari editor kita karena bagaimanapun selera setiap orang berbeda. Namun, kita juga tidak boleh tutup telinga pada pendapat yg masuk. Sesuaikan saja editan itu dengan kebutuhan. Kita tetap dewa dari tulisan kita.



Jangan berkecil hati jika ada editormu yg tidak terlalu suka ceritamu. Bagaimanapun, kita tidak bisa memaksa seluruh dunia menyukai karya kita. Bisa juga editormu lebih senang cerita romance, padahal kebetulan naskahmu adalah petualangan. Jika dari 10 editormu, 4 orang sangat suka, 2 orang cukup suka, sisanya tidak suka, rasanya itu sudah cukup untuk mengatakan naskahmu bagus (ini bukan patokan lho ya, hanya gambaran saja). Namun, kalau hampir semua editormu tidak suka pada naskahmu, be careful. Mungkin kalian memang salah mencari editor (dalam arti selera semua editormu tidak sesuai dgn naskah yg kalian berikan) atau mungkin memang naskah kalian tidak bagus. Di sini kalian punya 3 pilihan, terus maju dengan naskah itu, atau membuat naskah baru, atau berhenti. Kalau kalian memang yakin dengan naskah itu, silahkan teruskan. Namun, kalau kalian merasa naskah itu memang kurang baik, gantilah atau perbaiki. Terakhir, kalau kalian memang merasa menulis novel bukanlah talent kalian, berhenti saja dan coba cari tahu apa talent kalian yg lain.



Selain harus peka terhadap pujian yg mungkin palsu, kalian juga harus belajar untuk peka terhadap sebuah kritik. Jika pujian ada pujian asli dan pujian palsu, maka kritik ada kritik yang membangun dan ada kritik yang menghancurkan.



Definisi dari kritik yg membangun dan kritik yg menghancurkan memang agak sulit diterjemahkan karena itu semua hatimu sendiri yg harus memutuskan.

Contoh :

a. Temanmu si A mengatakan tokoh Bambang sifatnya terlalu pengecut, jadi terasa aneh karena dia semestinya adalah seorang pendekar hebat. Si A menyebutkan adegan mana saja yg membuat si Bambang jadi tampak pengecut. Setelah km pertimbangkan, ternyata memang adegan-adegan itu membuat Bambang jd tampak pengecut. Itu artinya kritik si A adalah kritik yg membangun.



b. Temanmu si B mengatakan adegan perang antara Bambang dan Budi terlalu panjang. Menurut si B harusnya adegan itu dipersingkat saja. Menurutmu pribadi, adegan itu sudah tepat. Sebaiknya, km lakukan cross-check ke temanmu yg lain. Benarkah adegan itu memang terlalu panjang. Jika temanmu yg lain fine-fine saja, ya sudah tidak perlu diganti. Tapi kalau semua temanmu bilang adegan itu memang terlalu panjang, silahkan km pertimbangkan untuk memendekkannya atau tetap bertahan dlm pendirianmu krn menurutmu memang bagus.



c. Editor sebuah penerbitan mengatakan naskahmu terlalu panjang bertele-tele. Bisa jadi naskahmu memang terlalu bertele-tele, tetapi bisa juga editor itu punya kepentingan bisnis di mana penerbitannya tidak mungkin menerbitkan naskah yg terlalu panjang. Sekarang pilihan ada di tanganmu. Kalau menurutmu naskahmu memang bertele-tele, silahkan perbaiki. Namun jika menurutmu naskahmu sudah bagus, km bisa tetap menuruti editor itu karena itu satu-satunya cara agar naskahmu diterbitkan oleh mereka, atau tetap bertahan dgn naskahmu dan mencari penerbit lain.



d. Beberapa orang tertentu mencela naskahmu. Salah satu dari mereka sudah membaca naskahmu. Dan dari keseluruhan jalinan cerita indahmu, dia memilih untuk mencela adegan kelinci melompat di atas salju karena menurutnya di musim salju seharusnya kelinci tidur, bukannya melompat-lompat. Lalu orang-orang yg lain ikut mengomentari masalah kelinci ini hingga panjang lebar. Padahal orang-orang yg lain ini belum membaca naskahmu sama sekali. . Akhirnya naskah indahmu dicap naskah jelek hanya karena adegan kelinci yg menghabiskan tidak sampai satu paragraf. Bodoh sekali kan. Sebaiknya tidak perlu menghabiskan waktu untuk mendengarkan pendapat orang-orang macam ini. Mungkin mereka bukan pembaca yg baik, atau mungkin juga mereka iri padamu.



Jadi sekali lagi pekalah pada pujian dan kritik yg masuk. Jangan menerima ataupun menolak semuanya mentah-mentah. Pertimbangkan dulu matang-matang.



4. Diskusikan naskahmu dengan editormu

Setelah editor-editormu selesai membaca naskah, mereka akan memberikan pendapat mereka. Pasti ada di antara pendapat-pendapat itu yg tidak kalian setujui. Bahkan mungkin kalian akan merasa sangat sakit hati dan jengkel saat pertama kali mendengar pendapat mereka. Tapi coba tahan emosi dan buka hati. Tanyakan kenapa mereka tidak suka dengan bagian itu. Mungkin alasannya logis. Kadang editan mereka justru terlihat remeh. Misal nama yg terlalu mirip satu sama lain, terlalu banyak mengulang kata, atau hal-hal lain yg tidak terpikir oleh kita. Namun, justru itu yg penting.



5. Perbaiki ulang naskahmu

Setelah semua hasil editan masuk dan telah didiskusikan, perbaiki ulang naskahmu. Di sini kalian juga bisa mulai memperbaiki tanda baca. Beli buku EYD. Juga lihat apakah kalian sering melakukan pengulangan kata.



6. Baca ulang naskahmu

Sebaiknya kali ini kalian membaca dalam bentuk print agar bisa lebih teliti dan tidak ada yg terlewat. Baca ulang kembali naskahmu mulai dari halaman pertama.



7. Perbaiki ulang naskahmu

Jika masih ada yg perlu diperbaiki, perbaiki. Lalu jika kalian belum bosan, baca ulang sekali lagi dan naskah kalian cukup siap untuk masuk ke proses lebih lanjut.





Proses editing awal cukup sampai di sini. Pada prinsipnya semakin sering kalian membaca naskah kalian, itu semakin baik. Karena kalian akan semakin mengenali setiap detil naskah kalian. Di mana cacat yg masih harus diperbaiki dan mana cerita yg harus diperkuat. Perjalanan masih panjang, tetapi paling tidak naskah kalian sudah melangkah satu tahap lagi untuk diubah menjadi buku.



Nantinya, begitu novelmu terbit, semua pujian ataupun kritik itu akan menjadi cerita masa lalu. Setelah itu pasar lah yang akan menentukan apakah bukumu akan menjadi best seller atau akan teronggok di dalam gudang. Mungkin dulu naskahmu dipuji-puji, atau mungkin dicela-cela sebagai sampah tak berguna. Pada akhirnya pasarlah yg akan bicara. Kalau kalian siap untuk menghadapi pasar, lanjutkan perjuangan kalian. Tetapi kalau bayangan tentang pasar saja sudah menyiutkan nyalimu, sebaiknya berhenti sampai di sini.



Dan untuk kalian yg berani untuk maju terus, aku akan menemani kalian mencari tahu apa yg harus dilakukan selanjutnya pada naskah kalian.



Berikutnya di Let’s Make a Book (part 3) akan kuberi tahu bagaimana cara mengirimkan naskah ke penerbit.





With Love,





Dionvy