My Blog List

Monday, September 19, 2011

Folktale : The Story Behind The Writings (2)

Seperti yang sudah saya sebutkan dalam perkenalan Folktale yang telah saya upload di Fanfiction.net (versi asli non sensor untuk adegan panas) dan wattpad.com (versi sensor), Folktale akhirnya saya publish sebagai bentuk tribute pada kisah Guan Suo yang selama ini selalu membuat saya penasaran sekaligus terinspirasi.

Cerita ini tidak bermaksud untuk saya jadikan cerita orisinal dan dikirim ke penerbit (modal nekat), namun saya tulis secara serius (dan saya benar-benar kewalahan menuliskan lokasi-lokasi yang bersangkutan, terutama tempat kelahiran Guan Suo). Sebelum saya menyelesaikan novel original saya, The Seer, yang sedikit banyak dasar inspirasinya juga berhubungan dengan riset ini.

Anggap saja cerita ini semacam tumpeng syukuran sebelum saya memulai langkah pertama saya untuk menjadi pencerita yang sesungguhnya (menerbitkan buku, ceritaku dibaca dan disukai, syukur2 ceritaku bisa menginspirasi dan menyentuh hati pembaca sehingga mereka pun terinspirasi).

Saya sangat menikmati menulis cerita Folktale, bisa dibilang cerita ini adalah pakem dari cikal bakal cerita-cerita yang kelak akan saya tulis dan publikasi.

Saya sempat kesulitan mencari tahu siapa saja yang bertanggung jawab atas kekalahan Guan Yu di Fancheng sehingga mengakibatkan kematiannya dengan putra angkatnya yang tragis sekaligus mengharukan.

Sempat salah orang antara Fu Shi Ren dengan Fa Zheng.
Sempat lupa dengan Mi Fang, Liu Feng dan Meng Da.
Bilapun saya tidak memainkan ROTKXI di PC, saya tidak akan ingat dengan Pan Zhang dan Ma Zhong. Maka saya putuskan untuk riset ulang dan mencatat siapa-siapa yang kiranya menjadi target bagi Guan Suo.
Adapun target aslinya adalah seputar Lu Xun, Xu Huang dan terutama Lu Meng.

Saya semakin girang ketika mengetahui bahwa menurut catatan aslinya, Lu Meng meninggal karena sakit misterius yang tidak bisa disembuhkan sekalipun Sun Quan telah menyebar sayembara. Dan saya mencium novel ini begitu membaca bahwa Lu Meng tewas karena arwah Guan Yu. Terpikir oleh saya untuk menggabungkan keduanya dan menghubungkannya dengan jalan hidup Guan Suo. Apalagi tampaknya plot ini sudah direstui di cerita Legend of Hua Guan Suo.

Tentang kematian Ma Zhong yang dikhianati oleh Mi Fang di novelnya, saya memiliki pendapat lain. Akan lebih terhormat bagi Ma Zhong bila ia juga tewas di medan perang, bukan? Kebetulan plot Yi Ling masih terlalu datar dengan hanya adegan Xing Cai membunuh Ding Feng.

Selanjutnya, saya ingat betul apa yang terjadi sewaktu Guan Xing mendapatkan kembali senjata ayahnya. Sementara bandingannya dengan sejarah aslinya, Guan Xing ini bukan panglima yang cukup penting tampaknya. Saya lihat jabatannya hanya semacam inspektur, tidak sehebat yang di novel. Barangkali Pan Zhang memang melihat arwah Guan Yu, barangkali yang ia lihat hanya halusinasi atas sesuatu hal?

Untuk bagian Mi Fang, saya sampai kelupaan pada orang ini. Akhirnya saya sempatkan diri untuk membandingkan kisah historisnya dengan kisah novelnya. Ternyata baik di novel maupun di catatan historisnya, sama-sama hidup menanggung malu. Di novel, Mi Fang kembali mengkhianati Sun Quan setelah mengkhianati Liu Bei, kemudian dipenggal Guan Xing. Sementara di sejarah aslinya, ia hidup disindiri oleh Yu Fan sebagai pecundang berhubungan dengan kematian Guan Yu. Dan setelah membantu He Qi menumpas pemberontakan di Qichun pada tahun sekitar 225-227, tertulis bahwa setelah peristiwa heroik itu, Mi Fang tidak terdengar lagi. Akal kreatif saya pun mulai bereaksi.

Terakhir bagian Lu Xun ... bagian ini adalah bagian favorit saya. Maka dari itu sekalipun saya adalah pecinta spoiler, saya tidak mau menspoilkan bagian ini. Yang pasti, adegan ini sudah berkali-kali pop-up dalam benak saya sejak saya menulis di chapter 10. Dan saya butuh bersemedi sampai beberapa hari lamanya hingga akhirnya membentuk writer's block cukup lama. Sebelum menemukan jalan keluar bagaimana cara menghubung-hubungkan plotnya yang saya rasa agak tricky dan berpotensi untuk berantakan bila tidak hati-hati atau terburu-buru menuliskannya, saya putuskan untuk mengikuti slogan A-Mild : "Just Go A-head". Voila! Jari saya mengetik seperti air terjun dan saya sangat puas dengan hasilnya, chapter 18 ini saya baca berulang kali dan tidak bosan-bosan juga.

Bagian target terakhir, saya rencanakan Xu Huang mati juga, tapi hingga sekarang belum saya tulis apapun mengenai ini di naskah asli, jadi belum berani menuliskan apapun di sini.

to be continued...

No comments:

Post a Comment