My Blog List

Friday, September 30, 2011

John Legend - Ordinary People

Girl, I'm in love with you
But this ain't the honeymoon
We've passed the infatuation phase
We're right in the thick of love
At times we get sick of love
It seems like we argue every day

I know I misbehaved
And you made your mistakes
And we've both still got room left to grow
And though love sometimes hurts
I still put you first
And we'll make this thing work
But I think we should take it slow

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow

Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow
Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow

This ain't a movie, no
No fairytale conclusion y'all
It gets more confusing every day
Sometimes it's Heaven sent
Then we head back to Hell again
We kiss, then we make up on the way

I hang up, you call
We rise and we fall
And we feel like just walking away
As our love advances
We take second chances
Though it's not a fantasy
I still want you to stay

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow

Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow
Take it slow, oh oh, this time we'll take it slow
Take it slow

Maybe we'll live and learn
Maybe we'll crash and burn
Maybe you'll stay
Maybe you''ll leave
Maybe you'll return
Maybe another fight
Maybe we won't survive
Maybe we'll grow
We'll never know
Baby, you and I

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow, hey

We're just ordinary people
We don't know which way to go
Cause we're ordinary people
Maybe we should take it slow

Monday, September 19, 2011

Folktale : The Story Behind The Writings (4)

Selain tema tentang balas dendam, satu hal yang semakin kentara dari kisah Folktale ini adalah : Romantisme.

Romantisme memang salah satu daya yang memikat saya untuk menulis cerita ini. Entah mengapa pasangan yang terjodohkan melalui intuisi semata ini membuat saya tersenyum dan tertawa sendiri saat mengetik kisah mereka dan membaca ulang beberapa kali. Tidak ada rasa aneh yang agak abnormal seperti ketika saya menuliskan pairing Zuko-Katara atau Zoro-Nami.

Pertama saat menuliskan masa kecil mereka, saya putuskan bahwa chapter awal ini kelak akan sering muncul di chapter-chapter belakang, terutama ketika Permaisuri Zhang dipisahkan dengan Guan Suo dan harus menggunakan topengnya dimana ia sebagai permaisuri yang sangat mencintai suaminya. Maka dari itu, kisah masa kecil ini harus tertulis sangat manis dan membuat tersenyum. Saya berusaha menuliskan kisah anak-anak dengan kenakalan dan ledekan-ledekan khas mereka. Tentang bagian dimana Guan Suo memamerkan gigi ompongnya itu, saya tidak tahu dapat dari mana, saya sendiri waktu kecil tidak suka memamerkan gigi ompong saya atau mengenal seorang pun yang seperti itu. Tapi saya tahu bila hal ini dituangkan, akan menjadi sangat menyebalkan sekaligus lucu.

Pada perkembangannya, mereka hidup terpisah, perasaan Guan Suo tetap sama. Ketika ia mendapatkan istri cantik yang didapat dengan menaikkan gengsinya pun, perasaan Guan Suo pada Xing Cai tidak berubah. Saya gambarkan sebaik yang saya bisa pada chapter 5 mengenai kegalauan hati Guan Suo yang tidak bisa lepas dari pesona Xing Cai yang menurutnya tidak lebih cantik daripada Bao Sanniang. Maka kesimpulannya rasa tertarik ini bukanlah berasal dari ketertarikan fisik. Pada usia yang sama, mengenai perubahan perasaan Xing Cai terhadap Guan Ping yang beralih ke Guan Suo akan dijelaskan pada chapter 10.

Pada dasarnya ini adalah sebuah kisah cinta tentang seorang lelaki yang hanya mencintai satu wanita saja seumur hidup, dan ternyata cintanya berhasil berbekas di hati wanita itu yang membalasnya. Seharusnya simpel dan sederhana, hingga hidup serba kekuranganpun terasa lebih bahagia daripada hidup bergelimang harta. Namun sayangnya percintaan mereka menjadi rumit ketika dicampur adukkan dengan takhayul dan politik. Mereka pun bingung menentukan siapa yang mereka khianati, kekasih mereka atau pasangan mereka?

Hingga terakhir cerita, saya berikan sedikit hint bahwa cerita ini jelas akan berakhir tragis bagi kedua belah pihak, sama seperti sebagian besar cerita-cerita rakyat China yang berbasis cinta. Entah mengapa sepertinya orang pada zaman dahulu begitu suka dengan kisah cinta yang berakhir tragis atau kisah cinta "Star Crossed Lover" yang melawan takdir.

Dalam membangun kisah percintaan mereka berdua, saya sedikit banyak terinspirasi dari lagu-lagu barat dengan lirik romantis seperti misalnya :
  • Ewan McGregor ft Nichole Kidman - Come What May
  • Alicia Keys - If I ain't Got You
  • Bruno Mars - Talking to The Moon (Jason Chan cover)
  • Jim Brickman - My Valentine
Dan pada Chapter 22, saya begitu terinspirasi dari alunan musik dari lagu Bruno Mars ft Natasha Bedingfield - Again. Mengabaikan keseluruhan liriknya, ada beberapa bagian lirik yang terasa pas, dan terutama irama lagunya begitu pas dengan suasana pada chapter itu.

Kalau boleh jujur, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis sendiri ketika menulis adegan pada chapter 19 dan bagian awal chapter 21. Sekalipun ketika membaca ulang, emosi menulis itu sudah hilang. Tapi semoga bagian tersebut cukup menyentuh, karena di sanalah greget dari cerita ini.

to be continued ...

Folktale : The Story Behind The Writings (3)

Mari berbicara mengenai karakteristik tokoh-tokoh dalam cerita Folktale.

Xing Cai ini saya karang sebagai Phoenix Hitam yang mana menimbulkan kesialan bagi pemberi hidupnya (mengingat Phoenix biasanya dihubung-hubungkan dengan kehidupan). Untuk itu dalam character buildingnya, saya tetapkan bahwa gadis ini akan hidup ditakuti ibunya sendiri. Saya bayangkan pasti berat hidup seperti itu, maka masa kecil Xing Cai saya gambarkan sebagai gadis melankolis yang agak kikuk dan mudah dikerjai orang. Saya harap pada perkembangannya dimana ia berubah menjadi Permaisuri Zhang, tidak dinilai OOC. Pada dasarnya, ulat itu memang berubah menjadi kupu-kupu.

Sementara Liu Shan adalah si Naga Hitam yang menimbulkan kesialan bagi rumahnya. (mengingat naga adalah simbol kemakmuran). "Rumah" itu bisa menjadi beragam arti, dan rumah di sini berarti adalah negara. Pada cerpen Folktale : Emperor's Broken Heart, saya gambarkan Liu Shan tidak bodoh, hanya mengalami kelainan berpikir, terungkap dari ucapan Guan Suo ketika ditanyai pendapatnya mengenai strategi Liu Shan dalam mengalahkan Cao Cao; "Kaisar sangat cerdas, hamba yang bodoh ini sampai tidak mengerti kemana anda berpikir."
Liu Shan di sini kembali seperti based on DW7, dimana wajahnya tampak seperti Buddha tersenyum. Dari senyum itu saya putuskan bahwa Liu Shan adalah seorang lelaki dengan pikiran sederhana yang hanya ingin kehidupan sederhana, tidak peka terhadap circumstance (situasi) dan selalu berpositif thinking. Karena itu ia agak malas dan otaknya tidak kuat untuk mengurus kepentingan negara. Maka dari itu ia sangat mengandalkan Xing Cai dalam mengurus administrasi, masalah, perkembangan negara dan petisi-petisi rakyat yang pasti tidak sedikit jumlahnya.

Sedangkan Guan Suo, ... saya yakin deskripsi hidupnya sudah tergambar jelas di dalam cerita. Saya menggambarkan dia penuh dengan luka parut, akibat dari perang pertamanya yang dalam usia yang mana dianggap masih terlalu muda, 17 tahun, ia bertempur dalam pertempuran sulit dimana pasukan terdesak dan dikeroyok oleh 2 kekuatan besar, Wei dan Wu, dikhianati dan terjebak dalam kebingungan dan pertaruhan harga diri. Pastilah perang itu sangat berat bagi Guan Suo sehingga wajar bila memberikannya oleh-oleh beberapa luka parut di wajah. Rambutnya yang pendek saya dedikasikan untuk foto Guan Suo pada game ROTKX yang membuat saya tertarik dengan karisma aneh ini. Dan karena Guan Suo ini suka berjalan-jalan melalui desa-desa kecil dan terisolasi, maka saya bayangkan ia berpakaian seenaknya sehingga pada Chapter 10, Ma Dai mengiranya sebagai gembel yang mencurigakan dan menahannya, mempertemukannya dengan Zhuge Liang untuk pertama kalinya.

Guan Yu di sini saya gambarkan sebagai ayah yang tegas dan sangar tanpa selera humor. Ia berusaha sebaiknya menjadi ayah, tanpa sifat melankolis yang saya temui di film The Lost Bladesman, berusaha menyerap dan mengimplementasikan sebaik yang saya bisa dari yang saya serap mengenai kepribadiannya selama membaca novel Sam Kok. Guan Yu cukup senang dengan filosofi dan suka mengintimidasi orang-orang yang tidak disukainya atau diremehkannya. Walau begitu, ia paham betul apa itu kehormatan. Walau peristiwa akhir hidupnya membuat saya mulai merasa bahwa ia sedikit gegabah seperti yang dideskripsikan KOEI mengenai Guan Suo di ROTKXI.

Guan Ping di sini adalah semacam "guardian angel" bagi Guan Suo. Hal ini saya traits kan berdasarkan apa yang pernah saya baca mengenai relasi Guan Suo dengan Guan Ping yang cukup menakjubkan.
1. Guan Ping = Guan Suo itu sendiri. Ia diselamatkan dari perang akhir, Zhou Chang yang tewas bersama Guan Yu. Guan Suo adalah nama alias Guan Ping.
2. ada sebuah versi menyatakan bahwa ibu Guan Xing adalah wanita yang diberikan Liu Bei pada Guan Yu, namun ibu Guan Ping dan Guan Suo adalah sama; Hu Jinting.

Guan Xing. Versi novel dan sejarah yang saya baca begitu berbeda, dan saya berusaha untuk menggabungkan keduanya, dimana Guan Xing si anak periang yang serba bahagia semasa kecilnya, tidak ikut serta pada perang di Fancheng (hal ini juga sedikit banyak membuat saya sangsi bahwa Guan Xing lebih tua dari Guan Suo yang disebut2 ikut serta dalam pertempuran itu). Pewaris Blue Dragon setelah membunuh Pan Zhang, di sini saya gambarkan karena ia sakit-sakitan, Zhuge Liang enggan membawanya dalam pertempuran jarak jauh. Bila saya menjadi Guan Xing, sudah pasti saya akan merasa tersinggung. Maka dari itu saya gambarkan hubungan antara Guan Xing dan Guan Suo agak meretak pada bagian akhir cerita.

Pendeta Tao saya ciptakan sebagai sahabat Guan Suo. Aslinya karakter ini pun disebut-sebut dalam Legend of Hua Guan Suo. Hanya saja perannya di sana adalah sebagai guru Suo Tong yang kemudian memberitahukan padanya bahwa ia adalah anak jendral Guan Yu. Sejak itu Suo Tong mengganti namanya menjadi Guan Suo. Kalau tidak salah, aslinya Pendeta Tao ini berasal dari marga "Suo". Dan darisanalah Guan Suo mendapatkan nama "given" nya.

Ma Dai adalah salah satu tokoh yang membuat saya tertarik, sama seperti Guan Suo dan Xiahou Ba. Hanya mungkin karena kisahnya sudah jelas, jadi saya tidak memiliki hasrat menggebu untuk melacaknya segila Guan Suo. Ma Dai saya gambarkan sebagai Ma Chao kecil, dimana ia begitu berdedikasi dan anak buah kesayangan Zhuge Liang. Saya tambahkan Ma Dai memiliki insting yang sangat baik dalam bersosialisasi. Ia juga orang yang cukup tegas dan tidak ragu dalam membedakan tugas dan persahabatan.

Mengenai Zhuge Liang, sepertinya tidak terlalu banyak perubahan dari Zhuge Liang yang saya baca di novelnya. Atau setidaknya Zhuge Liang yang ada dalam benak saya. Sewaktu muda Zhuge Liang masih memiliki ketenangannya. Namun semenjak kematian Kaisar Liu Bei, ia mulai disibukkan dengan urusan negara. Dan saya sadari bahwa ia berkepribadian agak tertutup dan tidak mudah percaya pada oranglain, tidak terlalu pintar melihat orang berbakat. Zhuge Liang semakin emosional di ujung usianya.

Bao Shanniang saya gambarkan sebagai gadis emosional, pemarah, pencemburu dan cerewet. Ia juga pandai berkelahi, banyak ahli kungfu yang menantangnya namun tidak ada yang berhasil menakhlukkannya. Namun tentunya saya tidak akan lupa mengutip surat tantangan Guan Suo yang membuat Bao Shanniang tersinggung bukan main sehingga tanpa pikir panjang segera menyambar senjatanya dan kudanya untuk menyambut tantangan duel Guan Suo.

"Ever since our acestors spoke of Taihang,
I've never heard about Bao Sanniang."

Sebuah surat tantangan yang begitu pragmatik sekaligus tajam dan menyinggung. Membuat saya berpikir bahwa Guan Suo pastilah memiliki selera humor getir dan tahu betul bagaimana cara meledek seseorang.

Zhao Zilong hanya muncul sedikit dalam cerita ini, namun ia memiliki bagian yang sangat penting. Dan menurut saya bagian ini sebaiknya memang diisi oleh Zhao Zilong, bukannya Wei Yan atas beberapa pertimbangan. Sesuai dengan tanggapan saya mengenai beliau seperti yang tersirat di novelnya, Zhao Zilong saya gambarkan berdedikasi pada tugasnya, serius dan sangat memikirkan kehormatan tuannya, Liu Bei.

Hua Man adalah karakter minor yang muncul sebagai "gadis amazon". Tentunya agak ooc bila saya menyebutnya "Gadis Amazon", mengingat ini ada di China, bukan Amerika. Namun mengawinkan Meng Huo dan Zhu Rong dalam pikiran saya memang melahirkan anak perempuan yang kira-kira seperti itu. Ia memiliki kode etik seperti Xing Cai dalam pertempuran, namun memiliki emosi cenderung kalem yang kontras dengan Bao Sanniang. Ia lebih dewasa dibanding Xing Cai yang masih bisa membiarkan diri terhanyut dalam pergolakan emosinya.

Chen Shou, sangat misterius. Di masa damai, namanya tidak pernah terdengar sebagai seorang penting seperti Zhang Shao. Seakan ia muncul entah darimana yang kemudian diangkat oleh Sima Yan sebagai penulis catatan perang tiga negara. Beberapa ahli sejarah menyimpulkan secara deduksi bahwa Chen Shou adalah putera dari Chen Shi. Namun pernyataan ini juga tidak memiliki bukti yang mendukung atau bisa dipercaya.
Chen Shou adalah orang cerdas dan teliti, berhati-hati dalam menuliskan sejarah record of Three Kingdoms. Orang ini penuh pertimbangan sehingga tidak ada yang tahu kenapa ia memutuskan untuk tidak menyinggung beberapa nama, termasuk diantaranya Guan Suo yang bahkan membunuh beberapa orang penting dalam sejarah (di cerita ini). Tapi, kenapa ia memutuskan untuk menghilangkan tokoh Guan Suo dari sejarah dan tidak menyinggungnya sama sekali? Bisa dibilang tokoh inilah yang bertanggung jawab atas judul kisah ini.

to be continued...

Folktale : The Story Behind The Writings (2)

Seperti yang sudah saya sebutkan dalam perkenalan Folktale yang telah saya upload di Fanfiction.net (versi asli non sensor untuk adegan panas) dan wattpad.com (versi sensor), Folktale akhirnya saya publish sebagai bentuk tribute pada kisah Guan Suo yang selama ini selalu membuat saya penasaran sekaligus terinspirasi.

Cerita ini tidak bermaksud untuk saya jadikan cerita orisinal dan dikirim ke penerbit (modal nekat), namun saya tulis secara serius (dan saya benar-benar kewalahan menuliskan lokasi-lokasi yang bersangkutan, terutama tempat kelahiran Guan Suo). Sebelum saya menyelesaikan novel original saya, The Seer, yang sedikit banyak dasar inspirasinya juga berhubungan dengan riset ini.

Anggap saja cerita ini semacam tumpeng syukuran sebelum saya memulai langkah pertama saya untuk menjadi pencerita yang sesungguhnya (menerbitkan buku, ceritaku dibaca dan disukai, syukur2 ceritaku bisa menginspirasi dan menyentuh hati pembaca sehingga mereka pun terinspirasi).

Saya sangat menikmati menulis cerita Folktale, bisa dibilang cerita ini adalah pakem dari cikal bakal cerita-cerita yang kelak akan saya tulis dan publikasi.

Saya sempat kesulitan mencari tahu siapa saja yang bertanggung jawab atas kekalahan Guan Yu di Fancheng sehingga mengakibatkan kematiannya dengan putra angkatnya yang tragis sekaligus mengharukan.

Sempat salah orang antara Fu Shi Ren dengan Fa Zheng.
Sempat lupa dengan Mi Fang, Liu Feng dan Meng Da.
Bilapun saya tidak memainkan ROTKXI di PC, saya tidak akan ingat dengan Pan Zhang dan Ma Zhong. Maka saya putuskan untuk riset ulang dan mencatat siapa-siapa yang kiranya menjadi target bagi Guan Suo.
Adapun target aslinya adalah seputar Lu Xun, Xu Huang dan terutama Lu Meng.

Saya semakin girang ketika mengetahui bahwa menurut catatan aslinya, Lu Meng meninggal karena sakit misterius yang tidak bisa disembuhkan sekalipun Sun Quan telah menyebar sayembara. Dan saya mencium novel ini begitu membaca bahwa Lu Meng tewas karena arwah Guan Yu. Terpikir oleh saya untuk menggabungkan keduanya dan menghubungkannya dengan jalan hidup Guan Suo. Apalagi tampaknya plot ini sudah direstui di cerita Legend of Hua Guan Suo.

Tentang kematian Ma Zhong yang dikhianati oleh Mi Fang di novelnya, saya memiliki pendapat lain. Akan lebih terhormat bagi Ma Zhong bila ia juga tewas di medan perang, bukan? Kebetulan plot Yi Ling masih terlalu datar dengan hanya adegan Xing Cai membunuh Ding Feng.

Selanjutnya, saya ingat betul apa yang terjadi sewaktu Guan Xing mendapatkan kembali senjata ayahnya. Sementara bandingannya dengan sejarah aslinya, Guan Xing ini bukan panglima yang cukup penting tampaknya. Saya lihat jabatannya hanya semacam inspektur, tidak sehebat yang di novel. Barangkali Pan Zhang memang melihat arwah Guan Yu, barangkali yang ia lihat hanya halusinasi atas sesuatu hal?

Untuk bagian Mi Fang, saya sampai kelupaan pada orang ini. Akhirnya saya sempatkan diri untuk membandingkan kisah historisnya dengan kisah novelnya. Ternyata baik di novel maupun di catatan historisnya, sama-sama hidup menanggung malu. Di novel, Mi Fang kembali mengkhianati Sun Quan setelah mengkhianati Liu Bei, kemudian dipenggal Guan Xing. Sementara di sejarah aslinya, ia hidup disindiri oleh Yu Fan sebagai pecundang berhubungan dengan kematian Guan Yu. Dan setelah membantu He Qi menumpas pemberontakan di Qichun pada tahun sekitar 225-227, tertulis bahwa setelah peristiwa heroik itu, Mi Fang tidak terdengar lagi. Akal kreatif saya pun mulai bereaksi.

Terakhir bagian Lu Xun ... bagian ini adalah bagian favorit saya. Maka dari itu sekalipun saya adalah pecinta spoiler, saya tidak mau menspoilkan bagian ini. Yang pasti, adegan ini sudah berkali-kali pop-up dalam benak saya sejak saya menulis di chapter 10. Dan saya butuh bersemedi sampai beberapa hari lamanya hingga akhirnya membentuk writer's block cukup lama. Sebelum menemukan jalan keluar bagaimana cara menghubung-hubungkan plotnya yang saya rasa agak tricky dan berpotensi untuk berantakan bila tidak hati-hati atau terburu-buru menuliskannya, saya putuskan untuk mengikuti slogan A-Mild : "Just Go A-head". Voila! Jari saya mengetik seperti air terjun dan saya sangat puas dengan hasilnya, chapter 18 ini saya baca berulang kali dan tidak bosan-bosan juga.

Bagian target terakhir, saya rencanakan Xu Huang mati juga, tapi hingga sekarang belum saya tulis apapun mengenai ini di naskah asli, jadi belum berani menuliskan apapun di sini.

to be continued...

Folktale : The Story Behind The Writings (1)

Cukup sulit dan riskan menulis historical fiction, apalagi berdasarkan cerita populer, San Guo, alias Romance of The Three Kingdoms.

Sudah sejak saya mengenal Guan Suo dari game ROTKX, dan memperhatikan Xing Cai dari game DW5, saya sadari bahwa dua orang ini seharusnya bertemu dan setidaknya bersahabat.

Ya, saya dulu yakin bahwa Guan Suo benar-benar ada. Barangkali nama "Suo" sangat menarik perhatian saya, atau mungkin karena picture nya yang menampilkan pemuda gagah dengan rambut berantakan, figur warrior China yang unik diantara para warrior lain yang menggunakan ketopong atau kopiah. Dibandingkan dengan statusnya pun saya lebih suka menggunakan Guan Suo daripada Guan Xing. Guan Ping lumayan juga, tapi dia meninggal terlalu cepat. Dan entah kenapa rasanya tokoh ini --sama seperti Guan Yu-- sangat menarik secara mistik. Saya akui di serial San Guo ini, ada beberapa tokoh yang "berkarisma" dan Guan Suo adalah yang paling menarik.

Ternyata setelah saya selidiki, orang ini ternyata entah menjadi tema atau kisah yang cukup populer di Yunnan, tempat Zhuge Liang melaksanakan kampanye selatannya. Setiap awal tahun baru, diadakan opera Guan Suo. Saya yakin ini bukan nama tapi judul yang memiliki sejarah sendiri, saya ingin tahu darimana mereka menamai opera ini "Guan Suo".

Kemudian tentang Empress Zhang, saya cukup terpikat dengan "karisma" nya, barangkali karena dia satu-satunya karakter perempuan yang benar-benar pas banget di tempatkan di Dynasty Warriors (kalau seperti Diao Chan, Qiao sisters, Zhen Ji, itu kan maksa banget, mereka ga punya purpose untuk berantem gitu). And might be because she fights like a dude! Karakter ini dengan cepat menarik perhatian saya dan sama seperti Guan Suo, mendorong saya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai dia.

Setelah dicari-cari, saya baru menemukan kisah tentang dia pada ulasan minor sekali tentang Empress Zhang the first. Sumpah, andai di sana tidak tertulis bahwa arti nama jabatannya (Jing'ai) adalah "permaisuri terhormat dan disesalkan", kemudian fakta bahwa ia meninggal di usia 30 tahun pada tahun 237 tanpa melahirkan seorang anakpun bagi Liu Shan, imajinasi saya tidak akan meliar lantas menjodohkannya dengan Guan Suo secara intuitif.

Ya, pairing ini saya ciptakan berdasarkan intuisi.
Sama seperti saat saya mempairingkan Diao Chan dengan Guan Yu paska kematian Lu Bu yang belakangan ini saya ketahui bahwa ternyata versi Jepangnya pun seperti itu. (still, cmiiw)

Berbeda dengan saat saya membuat karakter berdasarkan pairing Zuko-Katara atau Zoro-Nami yang saya pairingkan berdasarkan sense dan perhitungan logis, pairing ini mendorong saya untuk selalu menciptakan kisah cinta "orang desa" (cinta sederhana yang harusnya tidak banyak drama) yang diperumit oleh orang-orang di sekitar mereka yang tidak menginginkan mereka bersama dikarenakan Liu Shan jatuh cinta pada Empress Zhang the first.

Terlebih saat saya mendapati bahwa Guan Suo dipertanyakan dalam segala aspek mulai dari eksistensi hingga gendernya sering di sangkut pautkan dengan (kemungkinan) saudara perempuannya, Guan Yinping. Saya sempat mentertawakan secara getir tentang nasib Guan Suo yang begitu apes ini, orang ini pasti sangat tidak dianggap pada zamannya, begitu pikir saya sebelum saya tahu bahwa "Guan Suo" ternyata juga sebuah nick name yang sempat populer pada zaman Dinasti Ming.

Bertentangan dengan keadaan Liu Shan yang serba dimanja. Dalam usia muda sudah menjadi kaisar, tidak perlu kerja berat, sudah ada Zhuge Liang yang mengurus segalanya, di akhir hidup, sementara anak buahnya satu persatu mati, Liu Shan cukup menyerah begitu saja, kemudan di bawa ke negara Jin untuk menjadi teman minum Sima Yan dan mengatakan bahwa ia lebih senang ada di Jin dan sama sekali tidak memikirkan Shu.

Sungguh menggelitik untuk saya bahwa seorang Permaisuri Zhang yang dihormati dan disesalkan ini berada di antara dua orang pria yang saling berlawanan takdir dan kehidupannya. Liu Shan seorang pemimpin yang simpel dan manja, Guan Suo seorang pengelana yang tak terkalahkan dalam duel dan dipuja banyak wanita.

Triangle-love relationship ini menurut saya begitu unik dan berpotensi menjadi sangat dramatis bila dikembangkan.

Namun karena fokus saya adalah untuk mengungkap rasa protes saya terhadap beberapa fans Three Kingdoms yang hanya mengetahui Sam Kok dari Dynasty Warriors saja, lantas seenak perut menunjuk ini seperti ini, itu seperti itu, orang ini asli, orang itu palsu, saya tergerak untuk menyampaikan sebuah kisah tentang seseorang yang (sangat saya yakini memang pernah hidup) ditolak sejarah, namun hidup di dalam cerita rakyat. Ditolak negara, namun dicintai rakyat. Sounds so Robin Hood.

Saya mulai menulis cerita ini sejak awal saya tertarik dengan Guan Suo, barangkali sejak saya SMA, dan itu berarti sekitar tahun 2003.

Awalnya cerita yang saya buat adalah cerita orisinal yang nama-nama dan dunianya saya fantasikan. Berkisah tentang seorang permaisuri yang memiliki affair dengan teman kecilnya yang berambut merah.

Kerajaan mereka akan diserang semua kerajaan di sekitarnya karena memiliki tanah paling subur. Kaisar yang bersangkutan memiliki 10 anak, namun tidak ada satupun putra yang lahir baginya. Maka ia berpuasa dan berdoa dengan sungguh-sungguh untuk memohon satu putera. Dewa mendengarkan doanya dan lahirlah baginya seorang putra yang mengalami cacat mental, down syndrome. Karena itulah sebelum meninggal, Kaisar bermimpi mendapat wangsit dari leluhurnya yang telah menentukan jodoh bagi puteranya. Gadis yang sangat berintegritas ini ada di sebuah desa terpencil dan dia adalah yang terpilih untuk menyelamatkan negara ini dari serbuan negara2 tetangganya.

Gadis ini di desa sudah memiliki tunangan sendiri, tunangannya dibunuh dan gadis ini diambil pemerintah untuk menikah dengan kaisar baru yang mengalami cacat mental. Rupanya si tunangan masih hidup dan menyusulnya untuk kawin lari. Namun gadis ini tidak mau karena ia sudah berjanji terhadap negara. Karena marah, tunangannya memperkosa dia dan lahirlah seorang putera yang dikira anak kaisar. Bayi ini yang akhirnya menjadi pemimpin untuk membawa negara memenangkan perang berkepanjangan.

Namun entah mengapa cerita itu menghilang dari Harddisk dan saya juga enggan memulai lagi.

Saya kemudian membuat cerita lain tentang beberapa orang pemuda bersaudara yatim piatu namun bersaudara sepupu. Mereka dibimbing oleh kakak tertua mereka yang saya lupa namanya (based on Guan Ping), dari pemuda yang hanya tau bersenang-senang, menjadi pahlawan negara.
Cerita ini lebih ringan dan ada unsur fun nya.
Tokoh utamanya adalah Soh (based on Guan Suo) yang hobi makan dan sedikit sial, ia sering bertengkar dengan Niwa (based on Xing Cai) yang serius, berdedikasi dan gemar menyindir Soh. Lalu ada Dica (based on Zhang Bao) yang over protektif terhadap adiknya, Niwa. Beberapa nama sudah saya lupakan, untung masih ada yang saya ingat, diantaranya Bari (based on Xiahou Ba) sebagai salah seorang sepupu Soh yang memiliki tenaga sangat kuat dan kemampuan silat yang sangat hebat, Letty (based on Ma Dai), Cain (based on Cao Zhang), Raduf (based on Guan Xing), sisanya benar-benar lupa.

Namun cerita ini tidak berkembang dan hanya menjadi latihan membentuk karakteristik karakter saja.

Pada perkembangannya cerita itu berkembang menjadi kisah yang sekarang saya beri judul Legend of Yu Guo. Beberapa nama masih bertahan, hanya saja "Soh" rupanya telah berubah menjadi "LanDo".

Selain itu, pada pencarian riset berikutnya telah membuat saya selalu memimpikan tentang seorang putri yang selalu memandang keluar jendela kamarnya, dengan hampa menanti kepulangan sang kekasih gelap yang sedang berperang di seberang jendelanya. Ketika mendengar sang kekasih sudah mati di sana dan tidak kembali dari medan perang, putri ini menitikkan air mata dan saat air mata itu jatuh ke lantai, seluruh kerajaan pun membeku dalam keabadian. 1000 tahun tenggelam di bawah tanah, kerajaan itu ditemukan seorang arkeolog yang sedang berkelana dengan seorang gadis. Rupanya mereka reinkarnasi dari putri dan pahlawan itu.

Riset ini pun membuat saya takjub dengan fenomena betapa mengagumkannya perkembangan cerita rakyat dari mulut ke mulut ini. Berubah-ubah, berkembang, menciptakan legenda nyaris berbau fantasi yang barangkali kisahnya sudah menjadi sangat berbeda dengan kisah aslinya.

Akhir kata untuk part 1 ini, saya hanya ingin berterima kasih banyak pada intuisi saya yang membimbing saya mencetuskan beragam ide dari kisah cinta segitiga Guan Suo-Empress Zhang-Liu Shan, dan dari kisah hidup Guan Suo yang masih ambigu hingga sekarang.

to be continued...

Friday, September 9, 2011

Review : Icylandar

The Elf's Kingdom (Icylandar, #1)The Elf's Kingdom by Dionvy

My rating: 2 of 5 stars


Awalnya saya terkesan dengan narasinya yang ringan, santai dan mengalir. Terutama bagian-bagian awal cerita dimana plot masih sekitar kehidupan sehari-hari dan belum masuk benar dalam plot utama. Membacanya seperti membaca Old Man and The Sea, tidak bisa berhenti bila tidak sadar berapa halaman sudah dibalikkan.



Namun semakin ke belakang saya merasa semakin kecewa karena beberapa hal. Sekalipun begitu, saya tidak akan menyampahkan karya ini, karena saya yakin setiap karya diciptakan dengan cinta oleh penciptanya, dan sudah selayaknya dihargai, seburuk apapun kesan yang didapat saat menikmati karya itu.



----------------------------

Harap diingat bahwa review ini adalah pandangan pribadi saya berdasarkan insting dan intuisi saya selama berusaha menghargai novel fantasi yang saya bilang cukup laris ini.

----------------------------



menurut hemat saya, alangkah baiknya si penulis menulis cerpen2 pendek yang sederhana berdasarkan kehidupan karakter2 Icylandar dalam bentuk dongeng anak2 sebelum tidur. Kalau penulis tidak mau, maka ia harus mulai memberanikan diri untuk memberikan nasib tragis yang sejati pada karakter2nya dan mengurangi judgement berupa simpati untuk menggantinya dengan judgement berupa ratio (beralasan).



Saya yakin kalau cerita ini dijadikan dongeng untuk anak2, maka 15 tahun kemudian, anak2 yang waktu kecil didongengi Icylandar bakal terkesan terus hingga dewasa dan cerita ini bisa menjadi cerita klasik Indonesia pada masanya.



Tapi bila penulis ingin menargetkan untuk pembaca yang lebih tua lagi, maka sekali lagi, ia harus bisa tega menulis plot "tega", belajar puisi (untuk membuat narasi yang lebih puitis dan indah), lebih banyak memahami ratio.



----------------------------

kelebihan cerita ini adalah :

1. narasi, andai Dionvy mau memperindah kalimat2nya, buku ini akan saya bintangi empat tanpa tawar lagi

2. mini game sederhana yang fun

3. kejadian2 sehari2 yang sederhana dan menyenangkan

4. konsep Jaroz



kekurangan cerita ini adalah :

1. Riset yang miskin

2. Irrasional; tokoh2nya selalu menggunakan insting, perasaan dan keyakinan dalam menilai orang lain. karakter2nya cenderung kritis, namun tidak ada yang saya lihat cukup rasional. (saya duga, karakter2 ini sengaja dibuat bertanya kritis untuk menampol pertanyaan2 para kritikus fantasi indo yang akan mempertanyakan hal2 ybs)

3. karakteristik yang monoton

4. penciptaan games2 yang butuh berpikir dan rumit

5. plot tragis

6. kedalaman background karakter

7. Romance Idealisme (Knight's Honor)

8. Lady Tatiana



yang tidak akan saya komentari atau permasalahkan adalah :

1. nama2 karakter dan kota

2. joici



yang membuat saya memberikan rating 2 adalah :

karena novel ini telah mengajarkan saya bagaimana cara menulis narasi yang mengalir. padahal sesungguhnya ingin saya beri nilai 1 karena sindrom "semua makhluk dalam cerita ini adalah wanita" semakin mendekati halaman akhir, semakin mengganggu saya, bahkan membuat saya menggeleng2kan kepala.



*review ini jujur dari saya, bila ada yang keberatan, feel free to protest. as they always said; ga ada review yang objektif, semua cenderung subjektif.

==================



sekian review saya, maaf bila ada kata2 yang terkesan sotoy, saya terima kalau dilempari tomat atau telur busuk, yang pasti saya tidak munafik dengan review ini.



View all my reviews