My Blog List

Monday, September 19, 2011

Folktale : The Story Behind The Writings (3)

Mari berbicara mengenai karakteristik tokoh-tokoh dalam cerita Folktale.

Xing Cai ini saya karang sebagai Phoenix Hitam yang mana menimbulkan kesialan bagi pemberi hidupnya (mengingat Phoenix biasanya dihubung-hubungkan dengan kehidupan). Untuk itu dalam character buildingnya, saya tetapkan bahwa gadis ini akan hidup ditakuti ibunya sendiri. Saya bayangkan pasti berat hidup seperti itu, maka masa kecil Xing Cai saya gambarkan sebagai gadis melankolis yang agak kikuk dan mudah dikerjai orang. Saya harap pada perkembangannya dimana ia berubah menjadi Permaisuri Zhang, tidak dinilai OOC. Pada dasarnya, ulat itu memang berubah menjadi kupu-kupu.

Sementara Liu Shan adalah si Naga Hitam yang menimbulkan kesialan bagi rumahnya. (mengingat naga adalah simbol kemakmuran). "Rumah" itu bisa menjadi beragam arti, dan rumah di sini berarti adalah negara. Pada cerpen Folktale : Emperor's Broken Heart, saya gambarkan Liu Shan tidak bodoh, hanya mengalami kelainan berpikir, terungkap dari ucapan Guan Suo ketika ditanyai pendapatnya mengenai strategi Liu Shan dalam mengalahkan Cao Cao; "Kaisar sangat cerdas, hamba yang bodoh ini sampai tidak mengerti kemana anda berpikir."
Liu Shan di sini kembali seperti based on DW7, dimana wajahnya tampak seperti Buddha tersenyum. Dari senyum itu saya putuskan bahwa Liu Shan adalah seorang lelaki dengan pikiran sederhana yang hanya ingin kehidupan sederhana, tidak peka terhadap circumstance (situasi) dan selalu berpositif thinking. Karena itu ia agak malas dan otaknya tidak kuat untuk mengurus kepentingan negara. Maka dari itu ia sangat mengandalkan Xing Cai dalam mengurus administrasi, masalah, perkembangan negara dan petisi-petisi rakyat yang pasti tidak sedikit jumlahnya.

Sedangkan Guan Suo, ... saya yakin deskripsi hidupnya sudah tergambar jelas di dalam cerita. Saya menggambarkan dia penuh dengan luka parut, akibat dari perang pertamanya yang dalam usia yang mana dianggap masih terlalu muda, 17 tahun, ia bertempur dalam pertempuran sulit dimana pasukan terdesak dan dikeroyok oleh 2 kekuatan besar, Wei dan Wu, dikhianati dan terjebak dalam kebingungan dan pertaruhan harga diri. Pastilah perang itu sangat berat bagi Guan Suo sehingga wajar bila memberikannya oleh-oleh beberapa luka parut di wajah. Rambutnya yang pendek saya dedikasikan untuk foto Guan Suo pada game ROTKX yang membuat saya tertarik dengan karisma aneh ini. Dan karena Guan Suo ini suka berjalan-jalan melalui desa-desa kecil dan terisolasi, maka saya bayangkan ia berpakaian seenaknya sehingga pada Chapter 10, Ma Dai mengiranya sebagai gembel yang mencurigakan dan menahannya, mempertemukannya dengan Zhuge Liang untuk pertama kalinya.

Guan Yu di sini saya gambarkan sebagai ayah yang tegas dan sangar tanpa selera humor. Ia berusaha sebaiknya menjadi ayah, tanpa sifat melankolis yang saya temui di film The Lost Bladesman, berusaha menyerap dan mengimplementasikan sebaik yang saya bisa dari yang saya serap mengenai kepribadiannya selama membaca novel Sam Kok. Guan Yu cukup senang dengan filosofi dan suka mengintimidasi orang-orang yang tidak disukainya atau diremehkannya. Walau begitu, ia paham betul apa itu kehormatan. Walau peristiwa akhir hidupnya membuat saya mulai merasa bahwa ia sedikit gegabah seperti yang dideskripsikan KOEI mengenai Guan Suo di ROTKXI.

Guan Ping di sini adalah semacam "guardian angel" bagi Guan Suo. Hal ini saya traits kan berdasarkan apa yang pernah saya baca mengenai relasi Guan Suo dengan Guan Ping yang cukup menakjubkan.
1. Guan Ping = Guan Suo itu sendiri. Ia diselamatkan dari perang akhir, Zhou Chang yang tewas bersama Guan Yu. Guan Suo adalah nama alias Guan Ping.
2. ada sebuah versi menyatakan bahwa ibu Guan Xing adalah wanita yang diberikan Liu Bei pada Guan Yu, namun ibu Guan Ping dan Guan Suo adalah sama; Hu Jinting.

Guan Xing. Versi novel dan sejarah yang saya baca begitu berbeda, dan saya berusaha untuk menggabungkan keduanya, dimana Guan Xing si anak periang yang serba bahagia semasa kecilnya, tidak ikut serta pada perang di Fancheng (hal ini juga sedikit banyak membuat saya sangsi bahwa Guan Xing lebih tua dari Guan Suo yang disebut2 ikut serta dalam pertempuran itu). Pewaris Blue Dragon setelah membunuh Pan Zhang, di sini saya gambarkan karena ia sakit-sakitan, Zhuge Liang enggan membawanya dalam pertempuran jarak jauh. Bila saya menjadi Guan Xing, sudah pasti saya akan merasa tersinggung. Maka dari itu saya gambarkan hubungan antara Guan Xing dan Guan Suo agak meretak pada bagian akhir cerita.

Pendeta Tao saya ciptakan sebagai sahabat Guan Suo. Aslinya karakter ini pun disebut-sebut dalam Legend of Hua Guan Suo. Hanya saja perannya di sana adalah sebagai guru Suo Tong yang kemudian memberitahukan padanya bahwa ia adalah anak jendral Guan Yu. Sejak itu Suo Tong mengganti namanya menjadi Guan Suo. Kalau tidak salah, aslinya Pendeta Tao ini berasal dari marga "Suo". Dan darisanalah Guan Suo mendapatkan nama "given" nya.

Ma Dai adalah salah satu tokoh yang membuat saya tertarik, sama seperti Guan Suo dan Xiahou Ba. Hanya mungkin karena kisahnya sudah jelas, jadi saya tidak memiliki hasrat menggebu untuk melacaknya segila Guan Suo. Ma Dai saya gambarkan sebagai Ma Chao kecil, dimana ia begitu berdedikasi dan anak buah kesayangan Zhuge Liang. Saya tambahkan Ma Dai memiliki insting yang sangat baik dalam bersosialisasi. Ia juga orang yang cukup tegas dan tidak ragu dalam membedakan tugas dan persahabatan.

Mengenai Zhuge Liang, sepertinya tidak terlalu banyak perubahan dari Zhuge Liang yang saya baca di novelnya. Atau setidaknya Zhuge Liang yang ada dalam benak saya. Sewaktu muda Zhuge Liang masih memiliki ketenangannya. Namun semenjak kematian Kaisar Liu Bei, ia mulai disibukkan dengan urusan negara. Dan saya sadari bahwa ia berkepribadian agak tertutup dan tidak mudah percaya pada oranglain, tidak terlalu pintar melihat orang berbakat. Zhuge Liang semakin emosional di ujung usianya.

Bao Shanniang saya gambarkan sebagai gadis emosional, pemarah, pencemburu dan cerewet. Ia juga pandai berkelahi, banyak ahli kungfu yang menantangnya namun tidak ada yang berhasil menakhlukkannya. Namun tentunya saya tidak akan lupa mengutip surat tantangan Guan Suo yang membuat Bao Shanniang tersinggung bukan main sehingga tanpa pikir panjang segera menyambar senjatanya dan kudanya untuk menyambut tantangan duel Guan Suo.

"Ever since our acestors spoke of Taihang,
I've never heard about Bao Sanniang."

Sebuah surat tantangan yang begitu pragmatik sekaligus tajam dan menyinggung. Membuat saya berpikir bahwa Guan Suo pastilah memiliki selera humor getir dan tahu betul bagaimana cara meledek seseorang.

Zhao Zilong hanya muncul sedikit dalam cerita ini, namun ia memiliki bagian yang sangat penting. Dan menurut saya bagian ini sebaiknya memang diisi oleh Zhao Zilong, bukannya Wei Yan atas beberapa pertimbangan. Sesuai dengan tanggapan saya mengenai beliau seperti yang tersirat di novelnya, Zhao Zilong saya gambarkan berdedikasi pada tugasnya, serius dan sangat memikirkan kehormatan tuannya, Liu Bei.

Hua Man adalah karakter minor yang muncul sebagai "gadis amazon". Tentunya agak ooc bila saya menyebutnya "Gadis Amazon", mengingat ini ada di China, bukan Amerika. Namun mengawinkan Meng Huo dan Zhu Rong dalam pikiran saya memang melahirkan anak perempuan yang kira-kira seperti itu. Ia memiliki kode etik seperti Xing Cai dalam pertempuran, namun memiliki emosi cenderung kalem yang kontras dengan Bao Sanniang. Ia lebih dewasa dibanding Xing Cai yang masih bisa membiarkan diri terhanyut dalam pergolakan emosinya.

Chen Shou, sangat misterius. Di masa damai, namanya tidak pernah terdengar sebagai seorang penting seperti Zhang Shao. Seakan ia muncul entah darimana yang kemudian diangkat oleh Sima Yan sebagai penulis catatan perang tiga negara. Beberapa ahli sejarah menyimpulkan secara deduksi bahwa Chen Shou adalah putera dari Chen Shi. Namun pernyataan ini juga tidak memiliki bukti yang mendukung atau bisa dipercaya.
Chen Shou adalah orang cerdas dan teliti, berhati-hati dalam menuliskan sejarah record of Three Kingdoms. Orang ini penuh pertimbangan sehingga tidak ada yang tahu kenapa ia memutuskan untuk tidak menyinggung beberapa nama, termasuk diantaranya Guan Suo yang bahkan membunuh beberapa orang penting dalam sejarah (di cerita ini). Tapi, kenapa ia memutuskan untuk menghilangkan tokoh Guan Suo dari sejarah dan tidak menyinggungnya sama sekali? Bisa dibilang tokoh inilah yang bertanggung jawab atas judul kisah ini.

to be continued...

No comments:

Post a Comment