My Blog List

Monday, October 24, 2011

Salah Satu Proses Belajar Penulis Fantasi

Sejak memutuskan untuk serius menulis novel dan menetapkan bahwa saya harus berhasil di bidang ini, saya mulai menulis sebuah naskah dan menunjukkannya kepada sekelompok orang untuk mengira-ngira, seperti apa kira-kira tanggapan mereka terhadap karya saya. Ternyata tidak ada satupun orang yang menyebutnya bagus, menyanjungnya, terkesan dengan karakternya, atau menghargai ceritanya. Paling hanya beberapa orang baik yang rela membaca ceritanya hingga selesai dan memberikan feedback seikhlasnya.

Awalnya saya tidak mengerti, saya yakin sekali bahwa cerita buatan saya layak terbit dan tidak jelek. Tapi kenapa tidak ada apresiasi seperti yang saya harapkan? Bahkan beberapa proof-reader harus kabur dari saya karena mungkin takut ditagih sementara mereka belum selesai baca. Kemudian saya mulai melakukan pendekatan-pendekatan dengan tujuan untuk mengetahui sebenarnya karya seperti apa sih yang diterima?

Setelah mengalami beberapa proses pengenalan dan penyelidikan, akhirnya saya menemukan kenapa karya saya itu tidak terlalu diminati.

1. tulisan saya kurang "nyastra"

2. karakter-karakternya amburadul

3. banyak plothole fatal

Dan semua itu terjadi karena memang saya masih benar-benar newbie. Newbie yang sangat ambisius dan tidak sabaran. Saya tidak sadar bahwa untuk bisa menulis dengan baik, kita harus menulis seperti novelis, harus memahami psikologi dan harus tahu bagaimana cara berfilsafat.

Suatu hari ayah saya datang dan berbicara pada saya, ia ingin saya kuliah lagi untuk memperoleh gelar, ia rela keluar uang agar saya bisa terjamin masa depannya. Mengingat di Indonesia, orang yang bergelar pun sulit mendapat pekerjaan, maka saya mau tidak mau harus mengikuti arus.

Saya tetap pada keputusan saya untuk menjadi seorang penulis fantasi. Karena sedari kecil hingga sekarang, yang saya lakukan tidak lain adalah berkhayal, bermain game, berpikir abstrak, bertindak abstrak ... bahkan keluarga saya pun bingung pada saya karenanya.

Setelah menganalisa dari karya-karya fantasi dunia yang sukses, termasuk diantaranya Arthurian Legend, Sam Kok, William Shakespeare, dll, saya mendapati bahwa ternyata kuliah yang paling tepat bagi penulis fantasi barangkali bukanlah jurusan sastra.

Dalam kisah Fantasi, kita dituntut untuk sedapat mungkin bisa menciptakan konsep sendiri. Antara lain :

1. konsep dunia

2. konsep metafisika

3. konsep penciptaan


dan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai :

1. kepribadian manusia, apa yang akan dilakukan seseorang bila ...

2. dampak revolusi

3. kenapa bisa terjadi tirani dan pemberontakan?

4. logika

5. etimologi

Maka dari itu, menurut saya seorang penulis fantasi hendaknya mengetahui banyak soal Kosmologi, metafisika, mitologi, psikologi, sosiologi, logika dan mengolah analisa dari sebab akibat yang berhubungan dengan peristiwa nyata, yakni sejarah.

Semua ilmu yang dibutuhkan bagi seorang penulis fantasi, ada di dalam kuliah Filsafat.

Bila kau yang membaca notes ini, hendak serius ingin menjadi penulis fantasi, saranku, ambillah jurusan filsafat.

Barangkali JK. Rowling dan JRR Tolkien tidak mempelajari filsafat secara khusus. Dan beberapa orang mungkin berpendapat bahwa mengambil kuliah filsafat hanya untuk menulis itu sangat ribet dan berlebihan. Tapi saya sendiri sejak masuk kuliah, merasa malu pada karya-karya saya yang dahulu, menyadari bahwa ternyata secara ilmu kosmologi dan lain-lain, karya saya itu sangat ngawur! Jurusan filsafat bisa mengarahkan seorang calon penulis fantasi untuk mempelajari proses penciptaan yang umum digunakan penulis zaman purbakala dalam menciptakan mitos.

Lagipula hidup ini sebenarnya penuh dengan filosofi. Bahkan seorang tak berpendidikan hingga penjahat pun bisa berfilosofi. Maka dari itu, bila kau menciptakan sebuah karya tanpa filosofi yang kuat, karya itu sudah pasti tidak akan bertahan lama. Kalaupun bisa dikenang, barangkali dia hanya eksis sebagai karya pop, ringan, bahkan mungkin tak jarang orang menyebutnya "karya dangkal".

Sunday, October 23, 2011

New Project : Mythology of Adamos

Cerita baru yang tidak benar-benar baru, sebenarnya. Adamos adalah cara orang-orang Amoura menyebut "Gaia". Seperti yang saya konsepkan, "Bumi" dalam realm Kosmos ku ini tidak memiliki nama pasti. Pada lain daerah, lain pula namanya. Namun secara umum, mereka sepakat untuk menyebutnya "Adamos", yakni setelah tahun 1700 GD, dimana masyarakat telah membaur dengan dunia luas dan globalisasi, era pelayaran keliling dunia secara besar-besaran telah menciptakan balapan eksplorasi dunia secara tidak langsung. Era ini dipelopori oleh meninggalnya Zhuge "Jethro" Guthree (1486 - sekitar pertengahan abad 16 GD) setelah buku hariannya diterbitkan oleh putranya pada penghujung abad ke 17.

Setelah masa globalisasi dan eksplorasi melalui pelayaran, tak lama dari daerah Passifica, tren ini membuat penciptaan airfish kembali memarak setelah sebelumnya alat transportasi udara ini hanya menjadi barang mewah khusus kendaraan plesir para bangsawan saja, mengingat pembuatannya yang memerlukan biaya yang tidak sedikit dan filosofi manusia Passifica untuk menghormati langit sebagai wilayah kudus yang suci.

Saat manusia menemukan daerah baru, mulailah timbul penjajahan dan kolonialisme. Pencampuran budaya pun terjadi dimana-mana dan lambat laun, ketika memasuki tahun 2000, tersiar kabar bahwa para Animus mengunjungi pemimpin Passifica yang saat itu menjadi adi kuasa, membicarakan masalah kemanusiaan dan peperangan. Animus ingin dunia manusia yang terkendali dan damai, atau mereka terpaksa bekerja sama dengan para Ogre di Tartarus untuk membinasakan manusia seperti mereka membinasakan Era para Dragon ribuan tahun silam.

Manusia berhasil membuat kesepakatan dengan para Animus yang menghasilkan sebuah keputusan untuk mengadakan perdamaian secara menyeluruh. Kini dunia mengalami masa damai dan hidup harmonis. Pertukaran pelajar dan budaya menjadi tren baru dunia. Dari ribuan kebudayaan dan mitologi yang ada, rupanya mitologi bangsa Amoura lah yang dinilai paling rasional dan paling masuk akal. Mitologi ini menjadi populer dan akhirnya disepakatilah untuk menyebut planet ini dengan nama "Adamos", sebagaimana masyarakat Amoura menyebutnya.

Kisah-kisah dalam Mythology of Adamos berisi tentang mitologi Amoura yang sarat akan filosofi mereka tentang kosmologi. Masyarakat Amoura suka sekali dengan kosmologi dan merekalah yang membagi dunia ini berdasarkan beberapa klasifikasi.

Secara umum masyarakat di dunia membagi ras dalam 4 garis besar, Manusia, Animus, Ogre, dan Dragon. Namun masyarakat Amoura membagi dunia dalam 5 garis besar, Humanoid, Ogre, Dragon, Animalia dan Persona.

"Persona" dalam mitologi daerah lain tetap ada, namun mereka mengkelaskan Persona ke dalam klasifikasi spiritual, berbeda dengan dunia Kosmos, manusia, Animus, Ogre dan Dragon yang dikategorikan sebagai kelas material. Bagi daerah lain tersebut, kelas spiritual ini sejajar dengan Aether, Force-Aether, emosi, dunia Astral, dan arus jiwa-jiwa.

===========================

Mitologi Adamos berkisah tentang mitologi-mitologi menurut masyarakat Amoura. Saya baru sempat mengerjakan satu cerpen dari mitologi Adamos, yakni kisah tentang Sodia dan Oqeanos.

Saya sangat puas dengan kisah Sodia dan Oqeanos. Menurut pendapat saya pribadi, cerpen dengan words berjumlah tidak sampai 2500 kata ini memuat banyak hal dan filosofi, sehingga cerita ini terkesan singkat, namun juga padat akan pesan dan filosofi. Saya tidak sabar menanti para pembaca untuk memetik sendiri apa saja yang hendak saya sampaikan dalam kisah Sodia dan Oqeanos.

Rencananya, Mitologi Adamos ini akan saya seriusi dan paling tidak harus membicarakan bagaimana dunia tercipta menurut masyarakat Amoura, serta kemudian kisah tentang langit, bumi, laut, api, dan bagaimana manusia tercipta, menurut masyarakat Amoura.

========================
Amoura memegang peranan cukup penting dalam kisah Riwayat Forgo (Chronicles of Forgo, sekitar 300-600 GD). Dalam perjalanannya menemukan Haven, Forgo dan Galeno akan singgah di Amoura dan bertukar pikiran dengan masyarakat di sana yang cukup ribet dan suka berdebat kusir dan berfilosofi.