Silver Phoenix by Cindy Pon
My rating: 3 of 5 stars
Awalnya saya tidak berniat membaca novel ini karena saat novel ini ada dalam genggaman saya, saya sedang dalam masa UAS. Namun kemudian teman saya menanyakan pendapat saya tentang novel tersebut, maka saya coba untuk melihat sekilas saja prolognya. Tadinya ingin membaca satu atau dua paragraf, namun ternyata saya tidak bisa berhenti membacanya. Buku ini seperti menjerat saya dengan kata-katanya yang sangat mengalir sekalipun hanya novel terjemahan. (kadang bahasa terjemahan tidak seindah bahasa aslinya)
Akhirnya saya memutuskan untuk membaca novel ini saat sedang dalam perjalanan di dalam bis untuk sekadar mengisi waktu kosong daripada saya pakai untuk tidur.
Saya begitu takjub dengan kekuatan narasinya yang sangat lekat untuk mata, ini salah satu novel yang membuat saya merasa bosan ingin menutup bukunya, tapi tidak bisa karena terjerat kekuatan narasinya. Dan ini menjadi novel tercepat yang pernah saya baca. Hanya butuh waktu satu minggu untuk melahap seluruh ceritanya yang menawan dan membuat penasaran sekalipun ada beberapa hal yang menurut saya terlalu dipaksakan.
Dan saya suka cara dia mengakhiri reign Dark Lord itu. Kiss of Death.
Silver Phoenix mengisahkan tentang cerita masa lalu Silver Phoenix dengan Zhong Ye, rahasia latar belakang Chen Yong, tentang Ai Ling yang berjuang menyelamatkan ayahnya. Namun yang saya sayangkan adalah hingga akhir, masih belum jelas siapa itu Silver Phoenix dan bagaimana kehidupnnya. Barangkali sempat diceritakan di pertengahan cerita (saat berada di Dunia Atas) namun mungkin saat itu saya sedang "hajar blas" sehingga tidak mencerna isi ceritanya dengan baik.
Bagian termenakjubkan kedua setelah kekuatan narasinya adalah deksripsi makhluk-makhluk setan dan mistik nya yang begitu jelas dan kreatif. Sekalipun tertulis di bagian akhir buku bahwa monster-monster itu terilhami (atau mungkin diambil) dari hewan-hewan mitologi China. Mungkin ini pertama kalinya saya membaca genre Dark-Fantasy dalam bentuk novel. Sekalipun tidak terlalu mampu memberikan kesar horor atau teror, namun saya merasa cukup pantas untuk di sebut Dark-Fantasy. Satu hal yang saya sayangkan lagi adalah kematian Permaisuri. Saya mengharapkan sebuah kematian indah dan juga kematian Selir (Ibu Chen Yong) yang juga saya harapkan dibunuh dengan "sedap" tapi ternyata hanya seperti itu.
Bagian ketiga yang membuat saya menyukai cerita ini adalah kebudayaan China yang diangkat terasa cukup kental. Saya banyak mengetahui hal baru tentang kebudayaan China terutama dari sudut pandang kaum hawa berkat buku ini. Tetap ada "tapi" nya, saya sangat menyayangkan percakapan antar karakternya (terutama Li Rong) yang menurut saya adalah dialog-yang-sangat-Amerika. Percakapan-percakapan yang sangat Amerika ini seringkali mementalkan saya dari dunia Xia yang kaya akan makhluk mistik menjadi ke dunia film-film amerika terutama film remaja yang kehidupannya berkisar tentang sekolah dan jokes-jokes para siswanya yang khas seperti itu.
Battle scene ... kurang begitu istimewa. Banyak informasi dalam battle scene yang harus saya baca ulang karena membuat saya "Zone out" saat membacanya. Tapi cara monster-monster itu bertindak sangat keren dan tidak monoton.
"Marry Sue" ... ada, sedikit, sempat bingung juga bahwa gadis yang tidak laku-laku ini ternyata begitu keluar dari rumah jadi incaran beberapa orang di sekitarnya dan beberapa kali disebut-sebut "cantik".
Karakteristik ... entahlah, saya tidak menemukan ada sifat yang menonjol selain Li Rong dan mungkin sifat khas Chen Yong yang suka membaca buku.
Secara keseluruhan cerita ini layak dibaca, tapi saya tidak tahu apakah berniat untuk membacanya sekali lagi atau tidak.
Oh ya, ini 17+
View all my reviews
No comments:
Post a Comment