My Blog List

Sunday, July 31, 2011

Tips Impor : Self-Publishing

Sekedar share, saya kreditkan tulisan tips2 Let's make a book part 1-4 ini pada mbak Dionvy Icylandar, penulis novel fantasi dalam negeri : Icylandar.

Tulisan ini seperti apa yang di copy-paste dari notes facebook beliau dan sudah minta izin terlebih dahulu. Diperuntukan bagi siapapun yang punya naskah dan ingin melahirkan naskahnya ke dunia. Atau untuk orang2 yang ingin tahu perjuangan seorang penulis untuk menetaskan buah pikiran mereka sehingga barangkali bisa lebih menghargai sebuah buku.

===================================

Satu hal yg perlu ditanamkan begitu kalian mengambil langkah menerbitkan buku sendiri, maka kalian tidak lagi sekedar menjadi penulis, kalian harus siap juga berlatih menjadi seorang entrepreneur. Hidup kalian tidak hanya berkutat di antara baris-baris paragraf, tetapi harus mulai belajar perhitungan untung rugi serta mekanisme pembayaran pajak. Dan ternyata, belajar menjadi pengusaha itu cukup menyenangkan juga.

Langkah-langkah menerbitkan buku sendiri akan lebih rumit. Sehingga bagi yg memang berminat, perhatikan setiap detil yg kutulis baik-baik. Inti dari menerbitkan sendiri adalah melakukan seluruh tugas penerbitan yg biasanya dilakukan oleh puluhan orang. Namun kini, harus kalian kerjakan sendiri. Repot, ribet, menyebalkan, jelas iya. Tetapi setelah semuanya selesai, akan ada banyak hal yg bisa kalian banggakan.

1. Membuat Perusahaan Penerbitan

Sebuah buku yg ingin di publish tingkat nasional (maksudnya buku kita masuk ke dalam toko-toko buku seluruh Indonesia), maka buku itu sebaiknya berada di bawah naungan sebuah penerbit yg berbadan hukum. Badan hukum ini bisa berbentuk CV atau PT. Untuk awal sebaiknya kita membuat CV saja, nanti bila kita ingin memperbesar penerbitan kita, bolehlah kita ubah menjadi PT.

Untuk membuat CV penerbitan, ini sama caranya seperti membuat CV pada umumnya.

a. Pergilah ke notaris.

Ada banyak notaris di setiap kota. Katakan kita mau membuat CV untuk menerbitkan buku. Di Indonesia tidak ada izin usaha penerbitan buku. Karena itu CV kita nantinya akan didirikan dengan izin perdagangan. Supaya tidak repot, minta notaris kalian mengurus semuanya mulai dari izin ke dinas perijinan sampai ke pengadilan. Pokoknya kita terima beres dengan membayar sejumlah uang. Biaya pembuatan CV di setiap daerah berbeda-beda. Untuk di Surabaya sekitar 2 juta. Di Jakarta, bisa sampai 15 juta. Alamat CV kalau non-Jakarta bisa kita pakai rumah kita sendiri. Sedangkan kalau di Jakarta tidak boleh di rumah, jadi kita harus menyewa tempat di daerah bisnis. Untuk pastinya silahkan hubungi notaris.

b. Siapkan nama dan logo CV

Pilih nama yg bagus untuk penerbitanmu. Jangan nama yg aneh-aneh misalnya CV Maju Mundur atau CV Wong Ndeso. Ingat, nama CV mu akan dicetak di sampul bukumu dan akan turut serta membentuk image pembaca tentang bukumu. Nama CV yg kampungan terkadang bisa menjatuhkan nilai jual.

Lalu siapkan juga logo penerbitan. Logo itu seperti yg kalau milik Pustaka Redemptor yg huruf R berwarna merah kuning hijau, Gramedia yg bentuknya plungker-plungker merah. Kalau kompas yg gambar anak duduk di atas kebo. Mizan yg gambar huruf M.

c. Siapkan kop surat dan stempel

Untuk mendaftarkan CV mu di pengadilan, maka notarismu akan minta kalian menyiapkan kop surat dan stempel CV. Kop surat bisa dibuat pakai MS Word biasa lalu di print di kertas A4. Kop surat ini harus mencantumkan logo, nama CV, alamat CV, no.telp CV. Dan kop surat harus berwarna. Maksudnya minimal yg berwarna logonya, ini untuk membuktikan kop suratmu asli dan bukan fotokopian.

Lalu buat juga stempel CV. Stempel bisa dibuat di tukang bikin stempel di jalan-jalan. Stempel tidak boleh hitam putih.

Waktu yg diperlukan untuk mendirikan CV kira-kira 1 bulan. Andai ada di antara kalian yg orang tuanya mungkin sudah punya CV, kalian bisa pinjam CV itu untuk menerbitkan buku kalian.

2. Laporan Pajak

Jika kalian memiliki CV, berarti kalian harus membuat laporan pajak setiap bulan, bukan hanya setahun sekali. Ini yg cukup berat karena kalian harus rajin membuat laporan pajak dan mengirimkannya ke kantor pajak setiap bulan. Namun sebenarnya, membuat laporan pajak itu mudah saja, yg penting tahu teknisnya.

3. Mengedit Naskah

Urusan mengedit naskah tidak lagi sesimpel di dalam part 2. Karena kali ini kalian harus mengedit naskah hingga siap untuk dipasarkan. Sekarang kalian bisa mulai meminta jasa editor profesional. Tetapi jika tidak bisa menyewa editor profesional, bisa juga tetap menggunakan teman-teman kalian dan terutama kalian sendirilah yg harus berjuang untuk mengedit naskah kalian hingga benar-benar sempurna.

Beberapa panduan dalam mengedit naskah hingga sempurna:

- Baca ulang kembali naskahmu. Di sini kalian bukan hanya mengedit isi cerita, tetapi juga sudah ke arah susunan kalimat. Jangan menggunakan kata yg sama terlalu sering, perhatikan tanda baca, jangan sampai ada kata-kata yg salah ketik. Baca terus berulang kali hingga rasanya mungkin kalian mau muntah.

- Coba perhatikan tanda petik pembuka percakapan. Seringnya tanda petik buka itu seperti tanda petik tutup. (“) ini tanda petik buka yg benar. Namun yg sering terjadi tanda petik bukanya seperti ini (”). Kalau kalian ingin naskah kalian rapi, ganti satu demi satu tanda petik buka yg salah. Beberapa buku yg sudah terbit pun kadang tanda petik bukanya masih salah. Ini sebenarnya tidak terlalu mengganggu, tetapi jika kalian ingin kesempurnaan, jangan biarkan hal kecil semacam ini terlewat oleh kalian.

- Naskah kalian sebaiknya jangan lebih dari 700 halaman (dengan aturan MS Word, ukuran A4, font 12, spasi 1,5). Ini untuk masalah percetakan. Jika kalian menggunakan font dan spasi seperti yg ada di Icylandar, maka 700 halaman akan menjadi sekitar 800 halaman. Dan 800 halaman bisa dibilang merupakan batas maksimal tebal buku yg bisa dijilid bila buku kalian menggunakan soft-cover. Kalau memakai hard-cover, kalian bisa membuat buku lebih tebal lagi, tetapi tentu saja ongkos cetaknya akan membengkak.

4. Melayout Buku

Begitu kalian menganggap naskah kalian sudah benar-benar matang, sekarang saatnya melayout. Apa itu layout? Layout adalah mengubah ketikan kalian yg awalnya di MS Word, menjadi bentuk seperti tatanan buku, tetapi tetap masih dalam bentuk file. Jadi sebelum dibawa ke percetakan, file naskah kalian harus sudah model buku. Ada nomer halaman, ada tulisan bab-bab, dll. Intinya, layout buku itulah file yg akan dicetak.

Sebaiknya kali ini kalian menggunakan jasa layouter profesional. Kecuali kalian memang ahli dalam bidang ini. Melayout buku itu tidak sederhana. Layouter harus tahu yg namanya bleed (percetakan pasti meminta bleed selebar 0,3-0,5 cm). Lalu layouter harus memperkirakan bagian halaman yg akan kena jilidan, sehingga dia harus mengatur batas kanan kirinya dgn baik.

Sebaiknya sebelum naskah kalian mulai di layout, kalian beritahu layouter kalian kira-kira font seperti apa yg kalian inginkan. Misal di Icylandar hal 118, aku meminta font khusus untuk semua tulisan yg dimuat oleh Perkamen Berita. Lalu kusebutkan halaman mana saja yg ada tulisan untuk Perkamen Berita (hal 258, 260, 303 dll). Lalu surat untuk Reiden hal 329 aku minta tulisan yg berantakan seperti cakar ayam. Melayout Icylandar itu tidak mudah karena ada belasan font berbeda di dalam satu novel itu saja. Untung layouterku (Cahyono Dwiastoro) adalah layouter yg profesional dan sangat sabar. Dia yg justru ngajarin aku tentang bleed, memberi masukan font apa yg bagus, berapa spasi tiap baris, agar nantinya buku itu nyaman dibaca tetapi tetap tidak terlalu tebal.

Setelah naskah selesai di layout, kalian harus membaca ulang baris demi baris. Pertama untuk memastikan tidak ada lagi salah ketik, untuk memperbaiki isi jika masih ada yg ingin diperbaiki, dan juga memperbaiki layout itu sendiri. Kadang kala ada paragraf yg tiba-tiba terlalu masuk, atau ada baris yg terlalu rapat/terlalu renggang tulisannya, dll. Jika kalian kebetulan membaca sebuah novel dan ada hal-hal macam itu, mungkin itu disebabkan setelah naskah di layout, tidak diperiksa ulang lagi.

5. Cover dan Ilustrasi

Salah satu unsur penting sebuah buku adalah cover yg indah. Cover mempunyai kekuatan untuk menarik pembeli. Karena itu para penerbit seperti berlomba-lomba membungkus buku mereka dengan cover yg luar biasa.

Membuat cover itu gampang-gampang susah. Yg jelas sebaiknya cover disesuaikan dengan jenis novel. Misal untuk buku anak-anak, cover yg penuh warna adalah pilihan tepat. Desain cover itu bermacam-macam. Ada yg dibuat sepenuhnya memakai komputer dengan pewarnaan komputer juga, ada yg memakai foto, ada jg yg memakai lukisan tangan.

Karena aku tahu betapa pentingnya cover itu, aku benar-benar serius dalam menentukan konsep cover ICYLANDAR. Aku ingin sekali cover ICYLANDAR adalah lukisan tangan asli dengan pewarnaan asli, bukan komputer (kebanyakan cover buku yg ada adalah menggunakan pewarnaan komputer karena lebih mudah dan tidak butuh keahlian luar biasa dalam membuatnya). Masalahnya susah sekali mencari designer yg pintar mendesain di komputer, sekaligus bisa melukis. Lalu tanpa sengaja aku melihat beberapa karya buatan Mario Diaz dan langsung saja aku mengatakan “Ni anak harus bikin covernya ICYLANDAR”. Akhirnya aku menghubunginya dan meminta dengan sangat agar dia mau membuatkan cover untukku. Untungnya meski sibuk, Mario bersedia membuatkanku cover. Sampai saat ini aku bersikeras bahwa seluruh cover dan ilustrasi ICYLANDAR sampai sekuel terakhir hanya boleh dibuat oleh Mario.

Untuk memperindah buku, kalian bisa juga menambahkan lukisan-lukisan seperti yg ada di awal bab novel ICYLANDAR. Setelah ilustrator kalian selesai membuat lukisan dan memasukkannya ke dalam file komputer, berikan file itu pada layouter kalian yg akan memasukkannya ke dalam layout buku.

Salah satu keuntungan menerbitkan buku sendiri, kalian bisa menata buku kalian sesuka hati. Kalau di penerbit besar, pengerjaan buku kemungkinan tidak akan terlalu detil krn mereka punya banyak sekali buku dan bagaimanapun itu bukan karya buatan mereka sendiri. Sedangkan jika kalian menerbitkan buku sendiri, pengerjaan bisa detil sekali karena buku kalian hanya satu dan itu adalah karya yg kalian sayangi.

6. ISBN (International Standar Book Number)

Coba lihat bagian belakang cover buku. Di situ ada barcode putih dengan beberapa kode nomer. Kalau di cover belakang ICYLANDAR tulisannya ISBN 978-602-97087-0-7.

Guna ISBN adalah untuk mendaftarkan dan mengidentifikasikan buku kalian secara internasional. Sebenarnya setiap buku tidak wajib memiliki ISBN. Jadi silahkan saja bila kita mau menerbitkan buku, tetapi tidak mau mengurus ISBN. Masalahnya, toko buku tertentu seperti Gramedia, hanya mau menerima buku yg ada ISBN nya. Jadi kalau bukumu tidak ada ISBN nya, berarti tidak bisa didisplay di toko buku Gramedia.

Cara untuk mengurus ISBN sangat mudah. Langkah-langkahnya :

- Buat surat permohonan atas nama penerbit (berstempel) dari buku yg hendak diterbitkan. Surat permohonan ini diprint di kop surat penerbitan. Surat ditujukan kepada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Jangan lupa surat harus ditandatangani oleh pemilik penerbitan atau yg mewakili dan diberi stempel penerbitan.

- Sertakan copy dari halaman judul novel kita. Halaman judul bukanlah cover. Di ICYLANDAR, yg dimaksud dgn halaman judul adalah halaman ketiga (halaman setelah Undang-Undang hak cipta). Halaman yg ada tulisan ICYLANDAR - The Elf’s Kingdom, DIONVY, logo dan tulisan Pustaka Redemptor. Jadi halaman judul harus memuat judul buku, nama penulis, logo serta nama penerbit. Karena itu mengurus ISBN harus setelah novel kalian selesai dilayout.

- Data Buku. Ini kalian ketik sendiri. Isinya adalah segala data tentang buku kalian. Judul, nama penulis, penerbit, berapa halaman, siapa editornya, siapa layouternya, siapa ilustratornya, dll.

- Daftar Isi. Buat daftar isi dari buku kalian. Jika novel kalian ada daftar isinya, silahkan kalian copy halaman itu. Namun, jika novel kalian memang disengaja tidak memakai daftar isi, kalian ketik sendiri saja daftar isinya.

- Kata Pengantar. Untuk buku non-fiksi biasanya ada kata pengantar entah dari penulis atau dari orang tertentu. Itu bisa dibuat copy nya. Namun untuk novel fiksi, biasanya tidak ada kata pengantar. Jadi kalian buat saja ketikan satu atau dua halaman tentang ringkasan buku kalian. Untuk ICYLANDAR dulu yg dikirim adalah halaman setelah ucapan terima kasih. Halaman yg isinya “Kisah ini terjadi pada suatu masa…..”

- Pergi ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Raya 28 A, Jakarta. Nanti di situ tanya saja tempat untuk mengurus ISBN. Di sana kalian akan diminta mengisi selembar formulir. Nah, karena untuk mendapat ISBN harus ke Jakarta, jadi jangan sampai ada kelengkapan yg tertinggal. Jika semua syarat sudah dipenuhi, hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam saja untuk membuat ISBN. Jadi kalian datang dengan membawa semua syarat, lalu langsung mengisi formulir di situ, bayar, dan tunggu.

- Biaya ISBN + barcode adalah Rp 60.000. Tidak ada pungutan liar dalam bentuk apapun. Kalian murni hanya membayar Rp 60.000 rupiah.

- Nomer ISBN akan diberikan tak lama kemudian, tetapi barcode nya akan dikirim via email.

- Barcode itu nanti masukkan ke dalam cover novel kalian.

7. Memilih Percetakan

Kita harus teliti saat memilih percetakan. Beberapa hal yg harus dicermati saat memilih adalah :

- Kualitas cetakan

Percetakan yg baik maka tinta cetaknya tidak luntur dan terang. Banyak percetakan kecil yg kualitas cetakannya tak ubahnya dengan mesin fotokopi. Tentu ini akan membuat novel tidak nyaman dibaca dan jg membuat novel kita seperti novel murahan. Lalu mereka juga harus bisa mencetak cover dgn baik. Tinta warna yg jelek bisa membuat cover menjadi jelek juga. Dan perhatikan apakah mereka bisa memberi fasilitas embossed dan UV-Spot. Embossed adalah untuk membuat salah satu bagian cover jd menonjol. Misal di cover ICYLANDAR, bagian yg di embossed adalah judul depan, nama dionvy, serta logo Glaudio-elmes di bagian belakang. Kalau diraba, maka ketiga bagian tadi tampak menonjol. Sedangkan UV-Spot adalah untuk memberikan efek berkilau. Di ICYLANDAR yg diberi UV-Spot adalah judul depan, nama dionvy, logo Glaudio-elmes di bagian belakang, judul Icylandar di punggung buku, serta logo Pustaka Redemptor. Sebenarnya masih ada beberapa fasilitas yg lain seperti hot-print dll. Tp krn aku tidak tertarik pada fasilitas-fasilitas yg lain itu, jadi kuanggap tidak penting :p :p

- Kualitas Jilidan

Percetakan yg baik harus bsa menjilid buku kita dengan baik pula. Apalagi bila novel kita tebal. Bila kualitas jilidannya buruk, maka buku akan mudah rontok. Novel setebal ICYLANDAR tidak cukup hanya dilem saja, tetapi halamannya harus dijahit untuk mencegah halamannya lepas.

- Pilihan kertas

Percetakan jg harus bisa menyediakan kertas yg kita inginkan. Beberapa jenis kertas adalah:

HVS (ini seperti yg dipakai pada buku eragon yg pertama dan kedua. HVS ini termasuk kertas yg harganya paling mahal. Kertasnya berat dan cukup tebal. Untuk novel yg tebal kurang direkomendasikan memakai kertas HVS krn selain berat, jg terlalu terang. Warna putih bisa membuat mata cepat lelah saat membaca).

Book Paper 55 gram (ini adalah kertas yg dipakai untuk ICYLANDAR. Kelebihan kertas ini adalah ringan, terkesan eksklusif, serta nyaman dibaca karena kertasnya agak kecoklatan. Kekurangannya adalah kertas ini cukup tebal sehingga menimbulkan kesan bukunya tebal. Jadi kalau kalian punya buku Harry Potter, coba bandingkan tebalnya dengan ICYLANDAR. Pada jumlah halaman yg sama, mungkin tebal Harry Potter hanya ¾ nya ICYLANDAR).

Kertas Koran (sebenarnya namanya bukan kertas koran, ini hanya sebutan utk kertas yg tipis-tipis. Aku tidak tahu nama kertasnya apa. Keuntungan kertas ini yg paling utama harganya murah. Namun kerugiannya, jelas kualitasnya yg seperti kertas bungkus kacang. Kurang tepat kalau kita ingin membuat buku yg eksklusif)

Masih ada banyak jenis kertas, tapi aku tidak hafal. Maklum aku tidak kerja di percetakan :p

- Harga

Permainan harga di percetakan cukup tinggi. Penting untuk mensurvei paling tidak 3 percetakan agar kita tahu harga percetakan itu termasuk mahal atau tidak. Harga tentu saja ditentukan oleh jenis kertas, ukuran buku, tebal buku, hard/soft cover, jumlah eksemplar. Jangan hanya karena mengejar harga murah, lalu kita melupakan kualitas cetakan.

Pasti kalian bertanya-tanya, berapa sih modal untuk menerbitkan buku sendiri itu? Modal paling besar adalah untuk ongkos cetak. Ini kuberi gambaran kasar harga cetak sebuah buku (kukatakan gambaran kasar karena harga yg kucantumkan ini sama sekali tidak mempertimbangkan jenis kertas, ukuran buku, jumlah eksemplar, dll. Ini benar-benar hanya gambaran kasar saja dan tidak bisa dijadikan patokan). Untuk tiap 100 halaman buku (halaman, bukan lembar), harganya sekitar Rp. 3000. Jadi kalau bukumu tebalnya 500 halaman, berarti ongkos cetak 1 buku sekitar Rp. 15.000. Nah masalahnya, mencetak itu paling tidak minimal 3000 eksemplar. Karena kalau hanya 1000 eksemplar ongkos cetak 1 bukunya jadi melonjak 2 kali lipat.

Jadi andai kalian membuat novel setebal 500 halaman (halaman setelah di layout, bukan dalam bentuk file MS Word) dan akan dicetak 3000 eksemplar, kalian butuh modal 15.000 x 3000 eks = 45.000.0000

Kalau novel kalian hanya 200 halaman jadi modalnya hanya sekitar 6000 x 3000 eks = 18.000.000.

8. Memilih Distributor

Akan kujelaskan apa fungsi distributor itu. Jadi setelah novel kita selesai dicetak, novel itu akan dikirim ke penerbit (dalam hal ini penerbitnya adalah kita sendiri). Novel-novel itu lalu harus dikirim ke toko buku. Tugas distributor adalah mengirimkan novel kita ke toko buku dan mengurus segala macam administrasinya. Distributor yg baik bisa mendistribusikan buku kita ke toko-toko buku di seluruh Indonesia. Sebenarnya bisa saja kita mendistribusikan buku kita sendiri. Tapi itu artinya kita harus mendatangi setiap toko buku, meminta buku kita didisplay, lalu nanti meminta laporan setiap bulan, menagih uang, dll. Terlalu merepotkan dan sangat rawan. Kusarankan sebaiknya memakai jasa distributor saja. Distributor jg yg akan memastikan buku kita tidak disingkirkan oleh toko buku. Para distributor mempunya checker masing-masing di setiap toko buku. Checker-checker ini yg akan mengawasi buku-buku distribusi mereka agar diperlakukan dengan baik di toko buku. Jika checker-checker ini tidak ada, bisa-bisa buku distribusi mereka hilang entah ke mana. Nanti setiap bulan kita tinggal menagih ke distributor kita atas penjualan buku kita. Pilih distributor yg mempunyai nama baik. Banyak sekali terjadi penipuan dalam distribusi buku. Karenanya jgn sembarangan memilih distributor.

Terlihat kan betapa pentingnya peran distributor itu. Nah, untuk itu bayaran distributor jauh dari kata murah, bahkan bisa dibilang sangat mahal. Distributor biasanya mengambil 55% dari harga jual buku di toko buku. Jadi dari percetakan, kita serahkan buku kita ke distributor. Lalu mereka akan mengirimkan buku kita ke toko-toko buku. Ongkos pengiriman ke toko buku ditanggung oleh distributor. Nanti bila buku kita ada yg laku, mereka akan mengambil 55% nya. Jika buku kita tidak laku, maka buku kita akan dikembalikan. Ongkos pengembalian buku-buku ini juga ditanggung oleh distributor.

Perhitungan 55% itu maksudnya seperti ini :

Andai buku kita ongkos cetak untuk 1 buku Rp 20.000. Lalu kita jual di toko buku seharga Rp. 100.000.

Maka distributor akan mengambil utk tiap 1 buku : 55% x Rp 100.000 = Rp 55.000

Penerbit akan mendapat utk tiap 1 buku : 45% x Rp 100.000 = Rp 45.000

Keuntungan penerbit utk 1 buku : Rp 45.000 - Rp 20.000 = Rp 25.000

Jadi bisa dibilang untuk setiap buku luar biasa yg kalian beli di toko buku, kalian hanya perlu membayar sekitar Rp 10.000 - Rp 20.000 untuk penulisnya. Murah sekali kan. Karena itu kalau ingin cepat kaya, jangan jadi penulis, jadi pengusaha kilang minyak saja. Atau kalau perlu jadi perampok bank :p

Kita hanya membayar distributor bila ada buku yg laku. Kalau buku tidak laku, kita tidak perlu membayar. 55% itu sudah termasuk pajak. Jadi kita sebagai penerbit tidak perlu membayar PPn untuk buku kita.

9. Nasib Buku di Toko Buku

Jumlah buku di toko buku ada ribuan. Karena itu bila ada buku yg tidak laku, toko buku akan meretur/mengembalikan buku itu. Jika dalam 6 bulan suatu buku tidak ada yg terjual, maka buku itu akan dianggap hanya memenuhi toko buku. Ini adalah salah satu resiko yg harus ditanggung penerbit, yaitu bukunya tidak laku dan toko buku memaksa mengembalikan.

Jadi itulah sekelumit kisah bila kita ingin menerbitkan buku sendiri. Sekali lagi kukatakan kalau prosesnya sangatlah rumit. Jika menurut kalian buku kalian layak diperjuangkan, kenapa tidak. Namun kalian juga harus mempertimbangkan untung ruginya. Bagaimanapun ini adalah sebuah bisnis yg ada untung ada rugi.

Okey, inilah akhir note Let’s Make a Book. Semoga bisa memberi manfaat bagi kalian semua. Jika kalian punya pertanyaan, langsung tanya saja. Atau kalau kalian ingin informasi yg belum tercantum dalam note ini, silahkan tanya juga. Kalau sepertinya informasi itu memang sangat dibutuhkan, aku bisa menuliskannya dalam note baru.

With Love

Dionvy

No comments:

Post a Comment